Cari Blog Ini

Selasa, 03 November 2009

BILA ILMU TIDAK DIAMALKAN

BILA ILMU TIDAK DIAMALKAN

Rasulullah saw. bersabda, “siapa yang mencari ilmu dengan tujuan untuk berdebat dengan para ulama, memperdaya orang-orang bodoh, atau mengelabui manusia, maka Allah akan memasukkannya kedalam neraka.”[1]

Kisah

Al-Hasan al-Basri berkata, “Ada lima macam manusia didunia ini. Pertama, para ulama: mereka adalah ahli waris para nabi. Kedua, para zahid: mereka adalah orang-orang yang rendah hati. Ketiga, para pejuang: mereka adalah pedagang-pedagang Allah. Keempat, para pedagang: mereka adalah orang-orang kepercayaan Allah. Kelima, para raja: mereka adalah para penjaga manusia. Jika orang alim menjadi tamak dan senang mengumpulkan harta, maka siapa yang akan menuntun kaum muslim? Jika orang zahid mencintai dunia maka kepada siapa kaum muslimin akan mengambil petunjuk? Jika pejuang menjadi orang yang ria—sementara amalan orang yang ria tidak akan diterima oleh Allah—maka siapa yang akan mengalahkan musuh? Jika pedagang menjadi penghianat, maka siapa lagi orang yang dapat dipercaya? Jika penguasa menjadi serigala buas, maka siapa yang akan menjaga kambing-kambing ternak?”

Jadi, tidak akan ada manusia yang celaka, kecuali kalau para ulama mencari muka, para zahid mencintai dunia, para pejuang bersikap ria, para pedagang berkhianat, dan para penguasa menzalimi. Allah Swt. berfirman, ”Dan orang –orang zalim itu kelak akan mengetahiu kemana mereka akan kembali.”[2]

Ibn Abbas r.a. mnuturkan, ”Jika ilmuan (ulama) menjaga ilmunya dan mewariskannya kepada keluarganya, maka mereka akan dapat membuat orang-orang yang hidup sezamannya menjadi baik. Sayangnya, mereka mencurahkan ilmunya untuk meraih keuntungan dunia, akibatnya mereka pun diremehkan oleh orang-orang di dunia.”

Ada tiga manusia yang paling merugi di hari kiamat. Budak yang salih masuk surga, sedangkan majikannya masuk neraka; orang yang mengumpul-ngumpulkan harta, namun ia tidak memenuhi hak Allah sampai meninggal. Lalu, ahli warisnya menginfakkan harta itu dijalan Allah sehingga mereka selamat, sedangkan orang yang mengumpulkan masuk neraka; orang alim yang mampu menyelamatkan manusia dengan ilmunya, sedangkan ia sendiri masuk neraka. Dalam syair disebutkan:

Orang yang tidak bertakwa mengikuti orang bertakwa

Dokter dapat mengobati pasien, sementara ia sendiri mengidap penyakit ganas

Hamid al-Laffaf berkata, ”Jika Allah Swt. menghendaki seseorang celaka maka Allah akan menyiksanya dengan tiga tanda. Pertama, Allah memberikan ilmu kepadanya, tetapi Allah tidak menganugrahkan kemampuan untuk mengamalkan ilmu tersebut.” Karena itu dikatakan bahwa jika orang alim telah rusak, maka rusaklah alam ini. Dalam sebuah syair disebutkan:

Hai para pembaca, hai para penghuni kota

Ilmu tidak akan berguna, jika para ulamanya telah rusak

Abu Hanifah bertutur, ”Ilmu dapat membekali 10 hal kepada pemiliknya, yaitu khusuk, nasihat, kasih sayang, kecenderungan, kesabaran, kedermawanan, rendah hati, menjaga diri (’iffah) dari keinginan memiliki harta orang lain, rutin membuka kitab-kitab, dan sedikit hijabnya. Ia rela membuka pintunya, baik untuk orang elit maupun orang alit. Kami mendapatkan informasi bahwa nabi Daud a.s. mendapatkan cobaan karena adanya hijab yang sangat rapat.

Al-Fudhail ibn Iyadh—semoga Allah merahmatinya—berkata, ”Jika seorang berilmu cinta dunia, maka majelis taklimnya akan membuat orang bodoh menjadi semakin bodoh, orang jahat semakin jahat, dan membuat hati orang beriman menjadi keras seperti batu.”

Dikatakan bahwa kekeliruan orang-orang alim menyebabkan kehancuran alam semesta.

’Ali r.a. berkata, ”Mempelajari ilmu tanpa mengamalkannya bagaikan orang yang melempar lembing tanpa lembing”

Al-Syibli—semoga Allah merahmatinya—bersyair:

Jika ilmu tanpa disertai ketakwaan adalah mulia

Maka, makhluk Allah yang paling mulia adalah iblis.[3]

Sufyan ibn ’Uyaynah berkata, ”Siapa yang mengamalka ilmu yang diketahuinya, maka ia adalah orang yang paling pandai. Dan siapa yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ia adalah orang yang paling bodoh.”



[1] Dari Katsir ibn Malik r.a., Sunan al-Tirmidzi, no.2645. Al-Tirmidzi berkata, “Hadist ini hasan dan saya hanya mengetahui hadist ini dari riwayat ini.”

[2] Q.S al-Syu’ara[26]: 227

[3] Alasannya karena iblis adalah makhluk yang benar-benar memiliki ilmu. Dengan ilmunya, ia berani mendebat Allah Swt. ia mengatakan,”Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah,” (al-A’raf [7]: 12). Jika melihat kontek pembicaraanya, perkataan iblis ini menunjukkan bahwa ia memiliki ilmu yang dalam. Hanya saja, ilmu iblis itu tercampur dengan logika dan prasangka. Dengan demikian, ilmu-ilmu iblis—semoga Allah melaknatnya—adalah prasangka dan filsafat. Namun, ilmu tersebut tidak ada gunanya karena telah dinodai kesombongan dan kedengkian. Wa allahu ’Allam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...