Cari Blog Ini

Minggu, 20 Desember 2009

RENUNGAN

Anak Kecil


Mungkin karena sudah bawaan keturunan. Irfan, anak pak sudi, memiliki sifat yang sam dengan bapaknya, nyeleneh. Anak lincah yang dikenal kawan-kawannya jago bermain bola tiba-tiba minta ikut pengajian Ustad Shobri yang diadakan setiap rabu malam di masjid. Kontan saja Pak Sudi melarang karena takut anaknya yang baru berusia 8 tahun itu bisa berbuat kacau pengajian dengan tingkahnya.

“Enggak, irfan gak bikin kacau. Irfan mau dengar saja. Bosen dirumah, lagian kan sekarang libur sekolah,” ujarnya merajuk.

Karena tidak tega, Pak Sudi pun menguzinkan juga. ”Ya sudah kamu pakai baju yang rapi, dan janji ya jangan bikin kacau,” ujar Pak Sudi memperingatkan.

Kali ini Ustad Shobri membicarakan tentang keutamaan ilmu dan penghormatan kepada guru. Dan seperti biasa, selepas menjelaskan materi ustad muda yang santun itu membuka sesi tanya jawab. Mungkin karena materi kali ini dirasa tak terlalu sulit tak tampak jamaah pengajian yang ingin bertanya.

Melihat itu Irfan nyeletuk. ”Ustad, saya saja deh yang nanya, bisa gak anak kecil jadi guru?” ujarnya tiba-tiba

Pak Sudi yang terkejut karena ulah anaknya langsung mendekap mulut Irfan. ”Aduh...maaf Pak Ustad, anak saya memang suka nyeletuk...sekali lagi maaf Pak Ustad...tentu saja tak bisakan anak kecil menjadi guru,” ujarnya sambil menyembunyikan Irfan dibawah ketiaknya sampai Irfan gelagapan.

Ustad Sobri hanya tersenyum. ”Bisa,” katanya membuat Pak Sudi bengong hingga Irfan terlepas dari dekapannya. ”Tuh kan, bisa,” kata Irfan penuh kemenangan.

Ustad Sobri kembali tersenyum. ”Ada sebuah kisah hikmah. Suatu ketika ada orang tua tengah menyusuri sungai dan menemukan anak kecil mengambil wudhu sambil menangis. Orang tua itu pun bertanya kepada si anak kenapa ia menangis? Anak itu menjawab bahwa dirinya habis membaca al-Quran dan menemukan ayat, ”Yaa ayyuhal ladzina aamanuu quu anfusakum...” yang artinya, ”Wahai orang yang beriman, jagalah olehmu dirimu dan keluargamu dari api neraka.” ayat itulah yang membuat anak kecil itu menangis, ”Ujar Ustad Shobri.”

”Nah, mendengar itu tentu saja si orang tua menghibur dan bilang anak itu tak bakalan masuk neraka. Tetapi si anak berkata lagi, ’Wahai bapak, tentulah bapak seorang yang berakal, tidaklah bapak lihat kalau orang menyalakan api maka yang pertama sekali mereka akan meletakkan ialah ranting-ranting kayu yang kecil dahulu kemudian baru yang besar. Jadi tentulah saya yang kecil ini akan dibakar terlebih dahulu sebelum dibakar orang dewasa...”

Mendengar itu si orang tua gantian yang menangis mendapati bagaiman seorang anak kecil begitu takut denga neraka sementara dirinya yang sudah tua dan lebih berakal tidak memiliki ketakutan seperti itu. Pada posisi inilah si anak kecil menjadi guru bagi orang tua itu,” ujar Ustad Shobri lagi.

Para jamaah terdiam, termasuk Pak Sudi. Tapi perlahan ia mengusap kepala Irfan penuh sayang.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...