Cari Blog Ini

Rabu, 13 April 2011

Suka Sejenis, Idih-idih… Najis!

Posted in Opini by sholihin on the November 30th, 2008
http://www.gaulislam.com/suka-sejenis-idih-idih-najis

Dunia emang udah jungkir balik. Udah tahu di dunia ini ada dua makhluk cowok-cewek agar terjalin saling kasih-sayang, eh… malah suka ama sesama jenis. Itulah perilaku para aktivis homoseksual. Nyleneh? Emang iya.

Penganut homoseksual (suka sesama jenis), dari tahun ke tahun makin meningkat aja. Bahkan, kalo dulu mereka beraninya under ground alias ngumpet-ngumpet, sekarang udah lebih pede menonjolkan identitas dirinya. Aktivis lesbian di Indonesia misalkan, malah udah punya wadah organisasi. Namanya Suara Srikandi yang anggotanya para lesbi dari berbagai profesi, termasuk para eksekutif. Komunitas ini juga udah punya website segala, buat curhat antarsesama mereka. Emang, di lingkungan tempat tinggal atawa di keluarga, banyak juga di antara mereka yang belon terbuka mengenai kelainannya. But, soal aktivitas nge-lesbi ama sohib-sohibnya udah makin berani aja. Konon, jumlah anggota mereka juga terus bertambah.

Soal populasi lesbian, di Indonesia emang belon ada datanya. But di Barat sono, frekuensi lesbianisme udah cukup tinggi. Menurut Jeffcoate, saat ini kira-kira mencapai 25% dari jumlah kaum hawa dan menurut Kinsey dkk, malah udah mencapai 28%. Astaghfirullah!

Nah, bagaimana kalo salah seorang temen kamu ternyata pengikut lesbian? Beragam pendapat menyikapinya. Salah satunya Santhie, 28, seorang personal manager di Jakarta yang punya sohib lesbi.? “Sekitar 5 tahun yang lalu Liana ?membuka rahasianya’ pada saya tentang orientasi seksualnya yang sebenarnya. Sahabat saya sejak SD itu ternyata seorang lesbian. Saat itu saya terkaget-kaget, tidak menyangka sama sekali ! Namun keadaan tersebut tidak berlangsung lama. Sebagai sahabatnya saya harus mampu membuktikan bahwa saya menerima dia apa adanya. Toh selama ini saya bersahabat dengannya karena pribadinya, bukan yang lainnya!”? aku Santhie seperti dikutip hanyawanita.com.

Meski begitu, tentu saja Santhie ogah jika dijadikan tempat pelampiasan nafsu Liana, sohibnya itu. Doi tetep temenan, tapi bukan untuk urusan yang satu itu. “Bersahabat dengan lesbian bukan berarti kita kudu ikut lesbi juga, kan?” dalihnya.

Beda dengan Mela Adriana, 18, mahasiswa perguruan tinggi swasta di Jakarta ini emoh temenan ama lesbian. ?’Ih, ngeri amat. Takut ketularan. Mending nggak usyah, ya…,” katanya kenes. Menurut Mela, bagaimana pun lingkungan mayoritas masyarakat menolak perilaku nyleneh itu. Bila para aktivis lesbi itu diberi tempat, sama aja melegalkan aktivitas aneh itu. “Lama-lama nanti mereka bisa jadi ngelunjak, minta diakui eksistensinya. Ini membahayakan. Nah, kalau mereka kita asingkan, dengan sendirinya mereka kan bakal sadar bahwa perilakunya itu nggak bener, nggak diakui masyarakat,” terangnya. Tul juga seh! BTW, gimana ceritanya seh orang kok bisa jadi lesbian, apa aja cirinya?

Pasif dan Aktif

Kesengsem ama lawan jenis itu normal. Soalnya dalam diri kita ada yang namanya gharizah nau’ (naluri melestarikan jenis), di mana salah satu manifestasinya adalah cowok demen cewek dan sebaliknya. Bahkan akan tidak wajar kalo sampe di antara kalian nggak merasakan ?serrrr’ pas berpapasan dengan labaan yang menurut selera kamu KC. Apalagi kalo kalian udah lewat usia pubertas masih belon merasakan perasaan itu, patut dicurigai kali-kali aja kalian ada kelainan. Nah, hal itu tuh yang dikategorikan menyimpang dari ketertarikan seksualitas yang engga pada umumnya alias abnormal. Apalagi bagi mereka yang justru lebih deg-degen dengan sesama jenis, itu namanya homoseksual.

Terminologi homoseksual udah kadung ditujukan buat cowok aja, padahal sebenernya cewek yang hanya sayang ama sesamanya juga termasuk dalam kategori homoseksual, sebagai lawan dari heteroseksual. Sebab arti ?homo’ sendiri berarti sama, sejenis atau satu golongan. Jadi ringkasnya, heteroseksual itu cowok suka cewek (normal), dan lawannya, homoseksual itu cowok suka cowok atau cewek suka cewek (abnormal).? But, di masyarakat umum istilah lesbianisme lebih dikenal untuk cewek yang suka ama cewek

Dalam kasus tertentu, lesbianisme dianggap sebagai deviasi seksual, alias cuma penyimpangan sesaat, engga permanen. Misalnya yang dilakukan para penghuni asrama-asrama putri atau rumah penjara. Maklum, keadaan mendorong pelaku-pelakunya untuk berbuat demikian. But, dalam keadaan normal mereka tidak melakukannya lagi. Dan mereka dapat dimasukkan ke dalam golongan lesbian pasif dan suatu saat dapat terikat dalam pernikahan. Beda ama lesbian aktif, tidak akan menikah, kecuali dengan pasangan yang sejenis kelamin ama dia (Hayo, mana mungkin cewek nikah ama cewek?).

Lalu gimana seh ciri pengidap lesbianisme itu? Kalau di sinetron Setetes Embun yang ditayangkan RCTI seh, kaum penyuka sesama jenis ini digambarkan berpenampilan tomboy, punya piercing, dan rambutnya dicat blonde. Emang, ciri kayak gitu nggak bisa merepresentasikan seluruh kaum lesbian. Nggak semua lesbi kayak gitu. Soalnya ada juga lesbi yang dilihat dari penampilan fisiknya, nggak jauh beda ama kaum hawa normal. Malah mereka sengaja tampil feminin ala wanita kebanyakan untuk menutupi ke-lesbian-nya. Mereka juga beraktivitas normal, seperti menjadi pegawai kantoran, kuliah, dll. Yang beda cuma arah orientasi seksualnya aja. Mengutip pernyataan dr Lukas Mangindaan, dokter di bagian psikiatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, “kalo orang homoseksual tak merasa menderita, dalam kehidupan dia bisa berfungsi baik. Perbedaannya, hanya terletak pada apa yang ia perbuat di ranjang.” Nah, lho! So, tetep waspada, jangan-jangan di sekitar kalian ada aktivis lesbianisme.

Pandangan Psikologi

Emang seh, kalangan psikolog masih tercerai-berai dalam menentukan pandangan kolektif mereka soal homoseksualitas. Ada yang sudah ?membuang’ homoseks dari daftar penyakit kejiwaan, tapi juga masih ada yang mengklaimnya sebagai deviance/penyimpangan? (khususnya para psikolog penganut Sigmund Freud).

Tapi bisa dibilang kalangan psikolog di Indonesia masih memandang homo adalah penyimpangan. Dan juga ada beberapa kalangan yang menilai lebih netral, misalnya kalangan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, yang berpendapat bahwa tiap manusia dilahirkan biseksual/dengan gen biseks, yang menentukan mereka jadi hetero/homo adalah lingkungan sekitar.

Sementara kalo di negeri Barat sono, bahkan WHO sekalipun, telah membuat konvensi bahwa gay atau lesbian bukan merupakan abnormalitas dalam perilaku seksual alias bukan dianggap sebagai kelainan seksual. Golongan homoseksual tersebut dianggap perilaku normal dalam masyarakat, bahkan disahkan untuk menikah, boo! Sementara American Psychiatric Association, sejak 1973 juga udah menghapus homoseksualitas dari kategori gangguan jiwa.? Payah emang.

But, karena kita seorang Muslim yang terikat pada aturan Islam, jangan ambil mentah-mentah aja konvensi Barat yang menyesatkan itu. Setuju, kan?

Dihukum Mati

Menjadi lesbian, jelas aja menyalahi kodrat. Allah Swt. menciptakan manusia berpasang-pasangan, ada langit ada bumi, ada siang ada malam dan ada laki-laki ada perempuan. Dalam diri masing-masing jenis manusia itu, terdapat naluri melestarikan keturunan (gharizatun nau’). Tujuannya, untuk melestarikan jenis manusia, yakni melalui lembaga pernikahan.

So, kalo kamu ngerasa deg-degan ngeliat gacoan kamu, itu emang wajar seh, cuman pelampiasannya nggak boleh main tubruk aja. Musti melewati gerbang pernikahan dulu, baru hubungan cowok-cewek itu sah. Sebaliknya, kalo cewek demen cewek, jelas menyalani sunatullah. Bayangkan kalo semua makhluk ini homoseksual atawa lesbian, jelas lembaga pernikahan nggak mungkin terwujud. Keturunan umat manusia nggak bakalan bisa lahir dan ujungnya, terjadilah lost generation. Manusia bakal musnah dong!

Belon lagi kalo kita kupas efek negatif perilaku abnormal itu. Berbagai kasus penyakit kelamin berbahaya mewabah gara-gara hubungan nggak bener ini. Misal karena sodomi dengan sesama jenis, dll. Di Lembaga Pemasyarakatan Paledang Bogor misalkan, sejumlah napi terinveksi virus HIV yang mematikan itu karena mereka sering melakukan kegiatan homoseksual. “Kadang dipaksa temen, kadang suka sama suka,” aku seorang napi.

Bahkan, sekalipun seorang lesbianisme pasif bisa hidup normal dan menikah, banyak di antara mereka yang menunjukkan sikap dingin (frigid) dalam hubungan suami-isteri. So, kendati udah tobat, aktivis lesbianisme ini tidak menjamin 100 persen bisa hidup normal. Nah, berabe kan! So, mencegah emang lebih baik daripada menyembuhkan. But, bagi kamu-kamu yang ngalami kayak gitu, pintu tobat tetap terbuka.

Yang pasti, berdasar pandangan Islam, homoseksual merupakan perbuatan haram yang bakal dilaknat Allah Swt. Pada jaman Nabi Luth dulu, para pelakunya mendapat hukuman sangat keras, hukuman mati. Bahkan Allah Swt. berkehendak memusnahkan mereka. Dalam salah satu hadits Rasulullah saw. mengingatkan: ?Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktik homoseksual dan lesbian) maka ia harus menghukum mati, baik yang melakukannya maupun yang dikumpulinya (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-baihaqi).

Yang syerem, hukuman mati itu tekniknya bisa macem-macem. Dalam hal ini para sahabat dan ulama berbeda pandangan. Sahabat Ali ra memilih merajam dan membakar para pelaku homoseksual dan lesbian. Sedangkan Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan berpendapat, pelaku dibenturkan ke tembok sampai mati. Sedangkan menurut Ibnu Abbas, pelaku harus dilempar dari gedung yang tinggi dalam keadaan terjungkir dan dihujani batu. Mengerikan bukan? Makanya, jangan coba-coba deh![asri]

==

BOX

Mewaspadai Lesbianisme
SESEORANG bisa menjadi homo/lesbi disebabkan antara lain:

1.????? Trauma masa kecil. Misal pernah diperkosa oleh seorang gay atau lesbian dewasa dan tidak mendapat pertolongan psikolog/psikiater. Atau anak perempuan melihat kekerasan yang dilakukan ayah pada ibunya, sementara dia tak mampu membela. Lalu muncul kebencian berkelanjutan pada ayahnya dan terbentuklah image bahwa laki-laki itu jahat. Akhirnya saat dewasa dia merasa lebih terlindungi di sisi wanita, temen sejenisnya.

2.????? Mengalami kekecewaan. Misal pernah diperkosa pacar, disiksa suami, disakiti secara fisik oleh lawan jenis, dll. Mereka yang menjadi homo dari faktor ini biasanya menyadari kalo mereka nggak semestinya menyukai sesama jenis.

3.????? Lingkungan pergaulan. Ini merupakan faktor penyebab terbanyak.Karena bergaul dengan penganut homoseksual, pernah sekali merasakan hubungan seksual (sodomi misalnya), terus jadi kecanduan atau ketularan. Ada pula yang terjerumus karena terasuki pemikiran Barat bahwa ?nggak penting jenis kelaminnya, yang penting kasih sayang.’

Trus, gimana kalo kamu, sodara or sohib kamu punya gejala lesbianisme?

1.????? Jangan panik. Buat dia percaya untuk curhat ke kamu (atau beri ia informasi ke tempat yang dapat dipercaya, karena mungkin kamu sendiri belum well informed dalam hal ini) agar mudah diajak bertobat. Sebab, bisa jadi hal itu bukan atas kemauan mereka, kecuali buat mereka yang salah gaul atau menganut budaya alternatif. Itu tuh, mereka yang punya motto ?nggak penting jenis kelaminnya, yang penting kasih sayangnya’.

2.????? Beri pemahaman Islam mengenai hakekat penciptaan pria-wanita, tujuannya, konsekuensinya dan juga pandangan Islam tentang lesbianisme.

3.????? Jangan lupa memagari diri untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Misal malah kamu yang terbawa kebiasaan dia. Prinsipnya, ajaklah dia mengenal Islam lebih jauh. Insya Allah, dengan metode pembelajaran yang talqiyan fikriyan (mendalam, membekas dan menjangkau hakekatnya), kaum lesbi bisa diajak tobat. Dan hanya tobat inilah jalan yang bisa ditempuh saat ini, sebab sistem peradilan yang ada belum memungkinkan untuk menghukum pelaku homoseksual/lesbian sesuai syariat Islam. Maklum, Khilafah Islam belum berdiri. So, kalo kamu lapor polisi bahwa ada pengidap lesbian, percuma aja. Mending lapor kyai aja biar diajarin tobat.

Perilaku homoseksualitas bisa dihindari, caranya:

1.????? Bila kamu punya problem, apalagi yang bikin trauma, bicarakan ama orang yang kamu percaya, jangan curhat ke orang yang salah yang bisa memanfaatkan kamu.

2.????? Hindari informasi yang menyesatkan, misal soal gaya hidup homo/lesbi yang dianggap wajar.

3.????? Pinter-pinter bawa diri dalam lingkungan. Biasanya kaum homo suka mengiming-imingi mangsanya barang, duit, diajak jalan, dll. Pokoknya tahan rayuan manis yang menggoda, deh!

4.????? Hindari berjalan di tempat sepi malem-malem, siaga terhadap orang yang nggak dikenal tapi tiba-tiba ramah.

5.????? Waspada sama sentuhan atau bahkan lirikan dari sesama jenis yang nggak normal (misal melirik ?aurat’ pribadimu). Ini sering banget terjadi di bus atau kendaraan terutama dalam kondisi fully book. Jangan ragu untuk marah atau tereak. Biasanya pelaku ciut nyali kalo kita tegas atau berani.

6.????? Yang terpenting, dekatkan diri pada Allah SWT. Hanya dengan tameng ketaqwaan saja kamu bisa menjalani hidup sesuai apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Begitulah, Allah SWT menciptakan malam dan siang seperti juga Ia menciptakan perempuan dan laki-laki. Perilaku abnormal homo/lesbi harus dikikis abis. Kebayang nggak seh, kalo sepanjang hari kita malam terus atau siang melulu (kecuali gerhana matahari, lho!)?[asri, berbagai sumber]

[diambil dari Majalah PERMATA, edisi Agustus 2003]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...