Cari Blog Ini

Rabu, 29 Juni 2011

Jadilah Pemuda Muslim yang Berkarakter

oleh: Shalih Hasyim

ORANG mengulasnya sebagai tokoh yang mengharumkan dunia. Ia bukan saja milik ummat Islam, tetapi panutan kaum Yahudi dan juga Nasrani. Abul Anbiya, Khalilullah, Ibrahim as.

Para pengamat sejarah purba berbeda pendapat tentang negeri asal Ibrahim (Abun Rahim, Bapak Yang Penyayang, Bhs Arab). Ada yang berpendapat bahwa Ibrahim berasal dari kawasan masuk daerah Babilon Mesopotamia, diperkirakan 6000 tahun yang lalu. Pengamat sejarah lain bersepakat bahwa bapak pendobrak paham paganisme ini pada akhirnya menetap di Palestina.

Beliau menetap di sebuah kota kecil bernama Al Khalil, 45 km sebelah barat daya Jerusalem. Kota kecil itu terletak di lambang Jabal Ar Rumaidah, kawasan dikenal sejuk dalam ketinggian 927 meter. Sebenarnya kota kecil itu tidak akan memiliki arti penting dalam lintasan sejarah sekiranya Nabi Ibrahim as. tidak berdiam di sana.

Ibrahim adalah manusia besar. Untuk mengabadikan keharuman namanya, Allah SWT memberinya gelar Khalilullah atau Khalilur Rahman, artinya Kekasih Allah. Di kalangan orang Barat yang merujuk Bybel menyebutnya: "Abraham The Friend of God" (Ibrahim teman dekatnya Tuhan). Dari gelar ini kemudian menjadi nama kediamannya Al Khalil. Kepustakaan Barat lebih senang menyebutnya Hebron (‘Ibrani, Bhs Arab). Hingga kini penduduk asli lebih senang menyebutnya Al Khalil.

Kadang-kadang menyebutnya dengan nama yang lebih indah Khalilur Rahman.
Disanalah Nabi Ibrahim as. menetap bersama isterinya yang cantik dan shalilah, Sarah. Semoga Allah SWT melimpahkan sakinah, mawaddah wa rahmah kepada keluarga ini untuk selama-lamanya. Suasana itulah yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan pisik dan kejiwaan anak, sebagai buah ikatan kekeluargaan. Hingga usia kurang satu abad, Ibrahim bersama Sarah mendambakan keturunan (pelanjut perjuangan).

***

Dalam hadist, pemuda sering diistilahkan dengan kata-kata syaabun. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari, disebutkan bahwa diantara 7 kelompok yang akan mendapatkan naungan Allah SWT pada hari ketika tak ada naungan, selain naungan-Nya, adalah Syaabun nasya’a fii ‘ibaadatillah (pemuda yang tumbuh berkembang dalam pengabdian kepada Allah SWT).

Sepanjang peradaban manusia, pemuda adalah pelopor. Berbagai perubahan terjadi di setiap bangsa, selalu digerakkan oleh pemuda. Di balik setiap transformasi sosial, juga ada anak muda. Ibarat sang surya, maka pemuda bagaikan sinar matahari yang berada pada tengah hari dengan terik panas yang menyengat. Yang menentukan fase kehidupan manusia sejak di janin, balita, kanak-kanak, dewasa dan masa tua adalah usia murahiq – masa muda - (antara 30-40), meminjam istilah ahli kepribadian. Berbagai bakat, potensi, kecenderungan, baik mengarah kepada kebaikan maupun kepada kejahatan memiliki dorongan yang sama kuatnya ketika pada masa muda. Itulah sebabnya, kegagalan dan keberhasilan seseorang, kematangan kepribadian manusia pada masa tua ditentukan oleh masa mudanya.

Dalam al Quran pemuda menggunakan istilah ‘fatan’. Sebagaimana firman Allah SWT:

Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Al Anbiya (21) : 60).

Dalam Islam, dikenal bapak yang mengenalkan tauhid, dialah Ibrahim. Ia menegakkan nilai-nilai tauhid di tengah dominasi dan hegemoni paham paganisme, seorang diri. Bahkan bapaknya sendiri melawannya. Kalau bukan kesabaran dan keyakinan yang terpatri di dalam hati, mustahil misi suci ini bisa diwujudkan.

Sebagaimana kisah Ashabul kahfi pada surat Al Kahfi (18) ayat 10 dan 13.

“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa : Ya Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-MU dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).

Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”

Karakteristik Pemuda Pejuang

Eksistensi dan perana pemuda sangat urgen. Dalam al-Quran ataupun hadits, banyak diucapkan karakteristik/jati diri sosok pemuda ideal yang harus dijadikan teladan oleh pemuda yang bercita-cita sebagai orang atau pemimpin sukses.

Pertama, memiliki keberanian (syaja’ah) dalam menyatakan yang hak (benar) itu hak (benar) dan yang batil (salah) itu batil (salah). Katakanlah kebenaran walaupun rasanya pahit (al Hadits). Jihad yang paling tinggi adalah kalimat haq di depan pemimpin yang zalim (al Hadits). Lalu, siap bertanggung jawab serta menangung resiko ketika mempertahankan keyakinannya.

Contohnya adalah pemuda Ibrahim yang menghancurkan “berhala-berhala” kecil, lalu dan menggantung kapaknya ke “berhala” yang paling besar untuk memberikan pelajaran kepada kaumnya bahwa menyembah berhala itu (tuhan selain Allah SWT) sama sekali tidak bisa mendatang manfaat dan menolak bahaya. Kisah keberaniannya dikisahkan dalam surat al-Anbiya’[21] ayat 56-70.

Kedua, ia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (curiosity) untuk mencari dan menemukan kebenaran atas dasar ilmu pengetahuan dan keyakinan. Artinya, tidak pernah berhenti dari belajar dan menuntut ilmu pengetahuan (QS al-Baqarah [2]: 260). Semakin banyak ilmu yang dimilikinya, ia menyadari betapa banyak ilmu yang belum diketahui. Semakin berilmu, semakin tunduk tauhidnya pada wahyu.

Ketiga, selalu berusaha dan berupaya untuk berkelompok dalam binkai keyakinan dan kekuatan akidah yang lurus, seperti pemuda-pemuda Ashabul Kahfi yang dikisahkan Allah SWT pada surah al-Kahfi [18] ayat 25. Bukan berkelompok untuk mengadakan konspirasi jahat (makar). Atau berpikir yang aneh-aneh hanya untuk cari sensasi.

Para pemuda pejuang yang berkarakter ala Ibrahim, ia ingin berkelompok bukan untuk huru-hara atau tujuan yang tidak ada manfaatnya. Tetapi berkelompok dalam kerangka ta’awun ‘alal birri wat taqwa (bersinergi dalam kebaikan dan ketakwaan). Bukan berkerjasama dalam perbuatan dosa dan permusuhan.

Keempat, selalu berusaha untuk menjaga akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusilasi. Hal ini seperti kisah nabi Yusuf dalam surah Yusuf [12] ayat 22-24.

Pemuda dengan tipe ini, bisa digambarkan pada sosok Nabiullah Yusuf yang tak tergoda nafsu,meski kesempatan ada. Yusuf tak mau meladeni wanita (Zulaikha) yang terus menggodanya. Ketika Yusuf digoda, ia justru berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik."

Kelima, memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintanga dan hambatan. Ia memandang berbagai kesulitan adalah sebagai peluang untuk mengukir prestasi dan sarana kematangan jiwa. Seandainya menjadi manusia besar itu mudah, betapa banyak manusia yang terlahir sebagai pahlawan, meminjam ungkapan ahli sastra Arab.

Hal itu diperagakan oleh sosok pemuda Muhammad yang menjadikan tantangan sebagai peluang untuk sukses hingga ia menjadi pemuda yang bergelar al-Amin (terpercaya) dari masyarakat.

Wahai pemuda, marilah kita ikuti perjalan sosok-sosok yang mengagumkan itu.

Wahai para orantua, tak ada salahnya, kita persiapkan anak-anak kita dalam tipe pemuda yang berkarakter itu. Merekalah sosok pemuda ideal yang dicontohkan dalam al-Quran dan Hadits. Mudah-mudahan mereka bisa menjadi sumber inspirasi bagi para pemuda Indonesia masa kini dan masa depan. Wallahu a’lam bishshowab.*

Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah

http://hidayatullah.com/read/16624/26/04/2011/jadilah-pemuda-muslim-yang-berkarakter.html

Wahai Saudariku, Kenapa Engkau Berpakaian Tapi Telanjang?


Oleh: Abdullah al-Mustofa

SAM JACKSON, bos sebuah perusahaan di New Castle, Inggris pernah mengatakan, " Sekarang kita bisa saling melihat satu dengan yang lain dalam keadaan telanjang, tidak ada penghalang lagi. Dengan tradisi baru ini, kami menemukan bahwa kami menjadi lebih bebas dan terbuka terhadap satu dan lainnya. Dampaknya terhadap perusahaan menjadi lebih baik.”

Menurutnya, ide, inovasi dan terobosan kreatif amat penting dilakukan di masa-masa krisis ekonomi seperti sekarang ini. Bekerja dalam keadaan telanjang diyakininya dapat memompa semangat dan meningkatkan produktivitas kerja. Mengenakan pakaian merupakan penghalang bagi peningkatan prestasi kerja. Dengan cara ini omzet perusahaan akan meningkat karena para karyawannya sangat bergairah ketika bekerja.

Untuk itu dia membuat peraturan, seminggu sekali setiap hari Jum’at para karyawannya baik laki-laki maupun perempuan diharuskan untuk tidak menempelkan sehelai benang pun pada tubuh mereka ketika bekerja di kantor. Lebih lanjut dia menambahkan, “Awalnya terasa aneh dan janggal, tapi setelah itu saya menjadi terbiasa. Saya berjalan telanjang menuju meja kerja saya, dan itu kini tidak masalah lagi. Saya merasa benar-benar nyaman.”

Peristiwa “Jumat Telanjang” tersebut dianggapnya sebagai sebuah kesuksesan yang besar dan berdampak positif bagi perusahaannya.

Itulah budaya, gaya hidup, dan cara berpikir orang Barat non Muslim yang materialis, permisif and hedonis. Demi mendapatkan dunia berupa materi, mereka rela berperilaku seperti hewan. Bahkan berperilaku lebih sesat dari hewan.
Budaya, gaya hidup dan cara berpikir Muslim dan Muslimah tentu sangat berbeda dengan mereka.

Oki Setiana Dewi, artis layar lebar yang sukses memerankan tokoh Anna Althafunnisa dalam film “Ketika Cinta Bertasbih” pada suatu kesempatan mengatakan, “Semua bagian tubuh berharga itu telah dikategorikan dengan sebutan aurat, baik laki-laki dan perempuan. Bagian tubuh perempuan yang termasuk aurat harus ditutupi lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. “Kenapa perempuan harus lebih banyak menutupi bagian tubuhnya? Sebab perempuan memang dipenuhi dengan bagian tubuh yang berharga dan harus dijaga dengan jilbab atau busana yang menutupnya,” ujarnya.

Fenomena berbusana Muslimah, berjilbab atau sekadar berkerudung di kalangan artis, model dan selebritis sedikit banyak telah ikut menyumbang sosialasasi budaya Islam di tengah masyarakat sehingga semakin banyak wanita Muslimah Indonesia yang berbusana Muslimah, berjilbab, atau sekadar berkerudung.

Dengan semakin marak dan memasyarakatnya budaya Islam ini di tengah masyarakat kita patut menghaturkan rasa syukur kepada Allah swt. Selain rasa syukur, pada saat yang sama, rasa sesal juga wajar muncul di hati. Rasa sesal ini muncul karena masih banyak saudari-saudari seiman kita yang belum, tidak mau, tidak bisa, atau salah paham dalam memahami definisi jilbab yang sesungguhnya, sehingga tidak sedikit dari mereka yang masih belum memenuhi seluruh syarat dan ketentuan berbusana sebagaimana yang telah diatur oleh Sang Pembuat syari’at.

Mengapa ada sebagian Muslimah yang belum memenuhi seluruh syarat dan ketentuan berbusana Muslimah? Karena ada sebagian Muslimah ketika beraktivitas di luar rumah atau ketika berhadapan dengan non muhrimnya ketika berada di rumah mengenakan pakaian tapi masih ada bagian aurat lainnya yang terbuka seperti rambut. Mengenakan pakaian ketat, pendek, berbahan tipis, dan atau berbahan transparan. Karena ada sebagian Muslimah yang mengenakan jilbab ketat, pendek, berbahan tipis, dan atau berbahan transparan.

Muslimah seperti ini meskipun mengenakan pakaian atau bahkan berjilbab menurut Rasulullah saw dikategorikan sebagai telanjang.

"Dua golongan di antara penghuni neraka yang belum aku lihat keduanya: suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang-orang; perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang yang cenderung dan mencenderungkan orang lain, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aroma surga. sesungguhnya aroma surga itu bisa tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian." (HR. Muslim)

Ibnul Jauzi yang berpendapat bahwa berpakaian tapi telanjang ada tiga makna;

Pertama, wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.

Kedua, wanita yang membuka sebagian aurat tubuhnya.

Ketiga, wanita yang mendapatkan nikmat Allah namun tidak bersyukur kepada-Nya.

Menurut Imam An-Nawawi, berpakaian tapi telanjang mengandung beberapa arti. Pertama, berpakaian atau dibungkus nikmat Allah swt tetapi telanjang dari bersyukur kepada-Nya. Kedua, terbungkus pakaian tetapi telanjang dari perbuatan baik dan perhatian terhadap akhirat serta tidak berbuat taat. Ketiga, mengenakan pakaian tetapi tampak sebagian auratnya; Keempat, berpakaian tipis yang masih memperlihatkan warna kulit dan lekuk tubuhnya.

Allah swt memberitahukan kepada kita tujuan diturunkan pakaian kepada kita adalah untuk menutup aurat. Jika berpakaian tapi jika ada sebagian aurat yang masih terbuka, lekuk tubuh jelas terlihat karena mengenakan pakaian ketat, atau anggota tubuh yang wajib ditutupi dan warna kulit nampak karena mengenakan pakaian tipis dan transparan berarti kita menyalahi aturan Allah swt dan tujuan Allah swt menurunkan pakaian, yang sama artinya kita berani menentang Allah swt.


يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raaf [7]:26)

Wahai saudariku! janganlah kalian mau ditipu oleh setan yang menyuruhmu untuk berpakaian tapi sesungguhnya telanjang! Jika engkau tidak mau dan tidak dapat ditipu oleh setan berarti engkau tidak menjadikan setan sebagai pemimpinmu.

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raaf [7]:27)

Wahai saudariku, kenapa engkau berpakaian tapi telanjang? Apa niat dan tujuanmu? Apakah karena ingin tampil trendy? Apakah karena ingin memamerkan anggota tubuh dan keindahan tubuhmu? Apakah ingin merasa modern dan tidak ingin dicap kolot dan ketinggalan jaman? Apakah karena takut tidak bisa mendapatkan dunia berupa pekerjaan atau materi?

Wahai saudariku, ketika engkau mendirikan shalat menghadap Allah swt tentu engkau berpakaian lebar dan panjang. Engkau tentu tidak berani berpakaian ketat dan pendek. Engkau tentu tidak berani menampakkan sebagian atau seluruh bagian auratmu, atau menampakkan bentuk lekuk-lekuk tubuhmu. Demikian juga halnya di dalam kehidupan sehari-hari di luar (selain) shalat, tentu engkau pasti tidak berani menentang Allah dan Rasul-Nya. Engkau tahu dan paham, ajaran Islam termasuk cara berbusana tidak hanya diamalkan ketika shalat saja, tapi harus diamalkan dalam segala aktivitas kehidupan.

Wahai saudariku, jika engkau tercatat sebagai pelajar/mahasiswi sebuah lembaga pendidikan atau sebagai pegawai sebuah perusahaan tentu engkau mematuhi peraturan berbusana yang ada. Engkau pasti tidak berani menentang peraturan yang ada. Demikian juga halnya sebagai Muslimah, engkau tentu bersedia mematuhi peraturan yang ditetapkan agamamu.

Jika ada pertentangan antara peraturan di mana engkau belajar atau bekerja dengan peraturan agamamu, tentu engkau lebih memilih agamamu. JIka kebijakan pemimpin di tempat belajar atau bekerjamu bertentangan dengan aturan Tuhanmu, tentu engkau lebih takut kepada Tuhanmu dan lebih memilih aturan Tuhanmu. Engkau tahu dan sadar pemimpinmu bukanlah Tuhanmu, tidak mampu menyelamatkan dirimu dari azab di dunia dan di kampung akhirat. Engkau tahu dan sadar engkau tidak ingin ikut masuk neraka jika pemimpinmu masuk neraka. Jangan sampai kelak di akhirat engkau mengatakan kepada Allah swt. perkataan sebagaimana termaktub dalam ayat berikut ini:

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا

“Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (QS. Al-Ahazab [33]:67)

Wahai saudariku, Allah swt lah yang memberimu pakaian. Maka bersyukurlah kepada-Nya. Bersyukur dengan cara mematuhi segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya termasuk dalam hal berbusana.

“Wahai hamba-Ku, kamu semua asalnya telanjang, kecuali yang telah Aku beri pakaian, maka hendaklah kamu minta pakaian kepada-Ku, pasti Aku memberinya.” (HR. Muslim)

Wahai saudariku! Takutlah peringatan nabimu. Beliau saw. memperingatkan wanita-wanita berpakaian tapi telanjang tidak akan bisa mencium bau surga dari jarak jauh. Mencium baunya saja tidak, apalagi masuk ke dalamnya. Na’udzubillah min dzalik! Wallahu a’lam bishshowab.

Abdullah al-Mustofa, penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, kandidat Master Studi Al-Qur'an di IIUM (International Islamic University Malaysia)

http://hidayatullah.com/read/17397/06/06/2011/wahai-saudariku,-kenapa-engkau-berpakaian-tapi-telanjang?.html

Kita yang belum juga mau mengerti

Assalaamu’alaikum wr wb

Ada seorang ibu yang ditanya, “Kenapa sih mengenakan kerudungnya cuma sesederhana itu?” Jawabannya juga sesederhana yang dipahaminya, “Ini lagi mode. Lagian nggak usah fanatiklah. Jangan mempersulit diri. Bagi saya yang sudah tua ini, yang penting membedakan diri dengan ABG. Nggak perlu pake gamis-gamis segala. Ribet.”

Hmm… pernyataannya justru mengundang masalah. Kesalahan si Ibu tersebut tidak murni seratus persen akibat ketidaktahuannya. Tetapi juga dia melihat ke sekitarnya. Masih banyak yang mengenakan busana muslimah sebatas itu. Meski sebenarnya banyak juga yang sudah sempurna lengkap dengan jilbabnya. Tetapi si ibu sepertinya memilih fakta yang sesuai seleranya untuk dijadikan dalil pemuas nafsunya.

Kisah lainnya, seorang remaja pernah ditanya: “Kenapa sih main gim melulu setiap kali ke warnet?” Jawabannya, “Refreshing lah. Kan kita perlu rileks dalam hidup ini.” Ia lupa, bahwa saat saya tanya kepada petugas warnet ia mengatakan bahwa ada anak yang setiap harinya main gim online minimal 5 jam. Saya kemudian berpikir ulang, “rileks dari masalah apa jika setiap hari kerjaannya lebih banyak main gim online?”

Pada cerita lain ada seorang bapak, sudah tua, yang hampir setiap malam hobinya main gaple. Entah ini hobi atau pekerjaan. Yang pasti dia identik dengan kartu gaple. Dulu, masa-masa saya ikutan ngeronda, ada saja orang ini. Tentu dengan kartu gaple setianya. Saya dan beberapa orang bapak yang kebagian tugas memilih keliling kampung meronda ketimbang ngetem di pos kamling dan menyaksikan kebiasaan beberapa orang main gaple.

Sebenarnya mereka bukan tidak risih kebiasaan main gaplenya diketahui banyak orang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu gara-gara ada tugas ronda. Dia dan kawan-kawannya sadar betul. Maka begitu melihat saya dan beberapa orang bapak lainnya dia langsung memberikan pernyataan yang tak saya minta, “ini sekadar hiburan saja Pak.Tak pakai uang”. Lho kok?

Tetapi saya berkhusnudzan mungkin memang begitu adanya. Meski tetap saja kebiasan tersebut bukanlah ciri manusia produktif, apalagi sebagai muslim yang dituntut untuk setiap waktunya dimanfaatkan dengan benar dan baik. Jika tidak, akan rugi atau bahkan celaka. Ya, rugi jika hari ini sama dengan hari kemarin. Akan celaka jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin.

Saya pernah bekerja di sebuah perusahaan sewaktu lulus sekolah kejuruan analis kimia. Pernah ada orang yang berkomentar (dengan inti perkataannya kira-kira seperti ini: “ngapain sih harus belajar lagi, mengaji, dan mikirin orang lain? Kan sudah punya pekerjaan mapan. Capek mikirin orang lain mah!”) Saya menjawab dengan ringan, “karena saya masih butuh ilmu dan wawasan. Saya masih peduli dengan orang lain meski sebatas yang saya mampu.”

Sejak lama saya merasakan dan memperhatikan bahwa manusia memang cenderung susah diajak untuk memahami masalah kehidupannya. Tak heran jika dalam al-Quran Allah Swt. berkali-kali mengingatkan manusia dengan sejumlah himbauan: “afala ta’qilun”, “afala tatafakkarun”, “afala yatadabbarun”. Secara harfiah artinya berturut-turut adalah: apakah kalian tidak memakai akal, apakah kalian tidak berpikir, apakah kalian tak menelaah.

Allah Swt. mengajarkan kepada manusia untuk berpikir kritis, senang menelaah dan menganalisis. Itu artinya, berpikir dan menelaah memiliki kedudukan sangat penting dalam Islam. Dalam al-Quran juga mencela ‘taklid buta’. Misalnya mencela orang-orang Arab di masa Nabi yang hanya mau mengikuti pendapat dan tradisi yang diwarisi secara turun temurun dari nenek moyangnya. Bersamaan dengan itu tentu mereka tidak mau menelaah apa yang ada saat itu untuk hal-hal yang baru diketahuinya.

Kasus seorang ibu yang mengenakan kerudung sesukanya, remaja yang lebih mementingkan main gim online, seorang bapak yang senang main gaple dan seorang teman yang mempertanyakan aktivitas saya di luar pekerjaan kantor adalah bagian kecil dari persoalan yang marak di tengah masyarakat kita. Kemalasan berpikir atau menelaah atau mengkritisi dan kepedulian kepada hal-hal di luar kepentingan dirinya sudah menjadi gaya hidup tersendiri. Sampai pada batas ini, masihkah kita belum juga mau mengerti?

Mengenakan busana muslimah tentu ada aturannya. Tidak bisa sesukanya menurut selera kita. Kadang, kita masih dikalahkan oleh pernyataan dokter yang membuat resep untuk kesembuhan penyakit yang kita derita. Kita begitu yakin bahwa apa yang disampaikan dokter akan menolong kita terbebas dari penyakit. Kita taat kepada aturannya. Namun, mengapa hal yang sama tidak kita terapkan untuk mentaati aturan Allah Swt. yang tentu saja bukan hanya selamat di dunia, tetapi juga di akhirat kelak?

Memilih rileks dengan main gim online atau main gaple bukanlah pilihan tepat. Apakah kita belum juga mau mengerti bahwa waktu terus meninggalkan kita, baik kita yang memanfaataknnya dengan benar maupun yang membuangnya percuma. Waktu tak mau peduli. Kitalah yang harusnya peduli dengan diri kita yang telah banyak membunuh waktu untuk kegiatan yang tak produktif, apalagi yang maksiat. Masihkah kita belum juga mau mengerti?

Belajar dan dakwah adalah bagian dari amal shalih. Dan, cukup bisa dikatakan sebagai orang yang tidak peduli manakala kita lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang lain. Waktu yang diberikan kepada setiap orang sama jatahnya: 24 jam sehari. Tidak kurang tidak lebih. Bekerja dan mengurus keluarga memang penting dan wajib. Tetapi mencari ilmu, menambah wawasan, mengajak orang lain untuk menjadi lebih baik dalam hidupnya juga adalah penting dan wajib. Bukankah berbagi tak akan pernah rugi? Masihkah kita belum juga mau mengerti memahami hal ini?

Mengakhiri tulisan sederhana dan singkat ini, saya hanya ingin mengajak kepada sahabat semuanya, bahwa kita dituntut untuk berpikir, menelaah, menganalisis untuk memperbaiki kualitas hidup kita. Ya, agar kita tidak bertahan pada pendapat lama jika terbukti pendapat baru lebih kuat dalilnya, lebih kuat alasannya. Juga, agar mau lapang dada bahwa kita tidak akan bertahan pada pendapat yang sesuai selera kita, yang dengan hal itu kita bukan mencari kebenaran, tetapi meneguhkan pembenaran menurut persepsi kita sendiri. Sebaliknya, kita mulai untuk berpikir dengan benar dan baik, menelaah dan menganalisis setiap pendapat dan perbuatan yang kita jumpai (termasuk yang kita lakukan). Standarnya? Tentu saja aturan/syariat Islam. It’s a simple.

Salam,

O. Solihin
http://mediaislamnet.com/2011/05/kita-yang-belum-juga-mau-mengerti/

"Sejarah Gelap Para Paus"



OLeh: Dr. Adian Husaini

“Sejarah Gelap Para Paus – Kejahatan, Pembunuhan, dan Korupsi di Vatikan”. Itulah judul sebuah buku yang belum lama ini diterbitkan oleh Kelompok Kompas-Gramedia (KKG). Edisi bahasa Inggris buku ini ditulis oleh Brenda Ralph Lewis dengan judul Dark History of the Popes – Vice Murder and Corruption in the Vatican.

“Benediktus IX, salah satu paus abad ke-11 yang paling hebat berskandal, yang dideskripsikan sebagai seorang yang keji, curang, buruk dan digambarkan sebagai ‘iblis dari neraka yang menyamar sebagai pendeta’. (hal.9)

Itulah sebagian gambaran tentang kejahatan Paus Benediktus IX dalam buku ini. Riwayat hidup dan kisah kejahatan Paus ini digambarkan cukup terperinci. Benediktus IX lahir sekitar tahun 1012. Dua orang pamannya juga sudah menjadi Paus, yaitu Paus Benediktus VIII dan Paus Yohanes XIX. Ayahnya, Alberic III, yang bergelar Count Tusculum, memiliki pengaruh kuat dan mampu mengamankan singgasana Santo Petrus bagi Benediktus, meskipun saat itu usianya masih sekitar 20 tahunan.

Paus muda ini digambarkan sebagai seorang yang banyak melakukan perzinahan busuk dan pembunuhan-pembunuhan. Penggantinya, Paus Viktor III, menuntutnya dengan tuduhan melakukan ‘pemerkosaan, pembunuhan, dan tindakan-tindakan lain yang sangat keji’. Kehidupan Benediktus, lanjut Viktor, ‘Begitu keji, curang dan buruk, sehingga memikirkannya saja saya gemetar.” Benediktus juga dituduh melakukan tindak homoseksual dan bestialitas.

Kejahatan Paus Benediktus IX memang sangat luar biasa. Bukan hanya soal kejahatan seksual, tetapi ia juga menjual tahta kepausannya dengan harga 680 kg emas kepada bapak baptisnya, John Gratian. Gara-gara itu, disebutkan, ia telah menguras kekayaan Vatikan.

Paus lain yang dicatat kejahatannya dalam buku ini adalah Paus Sergius III. Diduga, Paus Sergius telah memerintahkan pembunuhan terhadap Paus Leo V dan juga antipaus Kristofer yang dicekik dalam penjara tahun 904. Dengan cara itu, ia dapat menduduki tahta suci Vatikan. Tiga tahun kemudian, ia mendapatkan seorang pacar bernama Marozia yang baru berusia 15 tahun.

Sergius III sendiri lebih tua 30 tahun dibanding Marozia. Sergius dan Marozia kemudian memiliki anak yang kelak menjadi Paus Yohanes XI, sehingga Sergius merupakan satu-satunya Paus yang tercatat memiliki anak yang juga menjadi Paus.
Sebuah buku berjudul Antapodosis menggambarkan situasi kepausan dari tahun 886-950 Masehi:

“Mereka berburu dengan menunggang kuda yang berhiaskan emas, mengadakan pesta-pesta dengan berdansa bersama para gadis ketika perburuan usai dan beristirahat dengan para pelacur (mereka) di atas ranjang-ranjang berselubung kain sutera dan sulaman-sulaman emas di atasnya. Semua uskup Roma telah menikah dan istri-istri mereka membuat pakaian-pakaian sutera dari jubah-jubah suci.”

Banyak penulis sudah mengungkap sisi gelap kehidupan kepausan. Salah satunya Peter de Rosa, penulis buku Vicars of Christ: The Dark Side of the Papacy. Buku ini juga mengungkapkan bagaimana sisi-sisi gelap kehidupan dan kebijakan tahta Vatikan yang pernah melakukan berbagai tindakan kekejaman, terutama saat menerapkan Pengadilan Gereja (Inquisisi). Kekejaman Inquisisi sudah sangat masyhur dalam sejarah Eropa. Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis terkenal, menyebutkan, bahwa Inquisisi adalah salah satu dari institusi Kristen yang paling jahat (one of the most evil of all Christian institutions). (Karen Armstrong, Holy War: The Crusades and Their Impact on Today’s World, (London: McMillan London Limited, 1991).

Inquisisi diterapkan terhadap berbagai golongan masyarakat yang dipandang membahayakan kepercayaan dan kekuasaan Gereja. Buku Brenda Ralph Lewis mengungkapkan dengan cukup terperinci bagaimana Gereja menindas ilmuwan seperti Galileo Galilei dan kawan-kawan yang mengajarkan teori heliosentris. Galileo (lahir 1564 M) melanjutkan teori yang dikemukakan oleh ahli astronomi asal Polandia, Nikolaus Copernicus. Tahun 1543, tepat saat kematiannya, buku Copernicus yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium, diterbitkan.

Tahun 1616, buku De Revolutionibus dimasukkan ke dalam daftar buku terlarang. Ajaran heliosentris secara resmi dilarang Gereja. Tahun 1600, Giordano Bruno dibakar hidup-hidup sampai mati, karena mengajarkan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Lokasi pembakaran Bruno di Campo de Fiori, Roma, saat ini didirikan patung dirinya.

Melihat situasi seperti itu, Galileo yang saat itu sudah berusia lebih dari 50 tahun, kemudian memilih sikap diam.

Pada 22 Juni 1633, setelah beberapa kali dihadirkan pada sidang Inquisisi, Galileo diputus bersalah. Pihak Inquisisi menyatakan bahwa Galileo bersalah atas tindak kejahatan yang sangat mengerikan. Galileo pun terpaksa mengaku, bahwa dia telah bersalah. Bukunya, Dialogo, telah dilarang dan tetap berada dalam indeks Buku-Buku Terlarang sampai hampei 200 tahun. Galileo sendiri dihukum penjara seumur hidup. Ia dijebloskan di penjara bawah tanah Tahta Suci Vatikan. Pada 8 Januari 1642, beberapa minggu sebelum ulang tahunnya ke-78, Galileo meninggal dunia. Tahun 1972, 330 tahun setelah kematian Galileo, Paus Yohanes Paulus II mengoreksi keputusan kepausan terdahulu dan membenarkan Galileo.

Kisah-kisah kehidupan gelap para Paus serta berbagai kebijakannya yang sangat keliru banyak terungkap dalam lembaran-lembaran sejarah Eropa. Peter de Rosa, misalnya, menceritakan, saat pasukan Napoleon menaklukkan Spanyol tahun 1808, seorang komandan pasukannya, Kolonel Lemanouski, melaporkan bahwa pastor-pastor Dominikan mengurung diri dalam biara mereka di Madrid.

Ketika pasukan Lemanouski memaksa masuk, para inquisitors itu tidak mengakui adanya ruang-ruang penyiksaan dalam biara mereka. Tetapi, setelah digeledah, pasukan Lemanouski menemukan tempat-tempat penyiksaan di ruang bawah tanah. Tempat-tempat itu penuh dengan tawanan, semuanya dalam keadaan telanjang, dan beberapa di antaranya gila.

Pasukan Prancis yang sudah terbiasa dengan kekejaman dan darah, sampai-sampai merasa muak dengan pemandangan seperti itu. Mereka lalu mengosongkan ruang-ruang penyiksaan itu, dan selanjutnya meledakaan biara tersebut.

Kejahatan penguasa-penguasa agama ini akhirnya berdampak pada munculnya gerakan liberalisasi dan sekularisasi di Eropa. Masyarakat menolak campur tangan agama (Tuhan) dalam kehidupan mereka.

Sebagian lagi bahkan menganggap agama sebagai candu, yang harus dibuang, karena selama ini agama digunakan alat penindas rakyat. Penguasa agama dan politik bersekutu menindas rakyat, sementara mereka hidup berfoya-foya di atas penderitaan rakyat. Salah satu contoh adalah Revolusi Perancis (1789), yang mengusung jargon “Liberty, Egality, Fraternity”.

Pada masa itu, para agamawan (clergy) di Perancis menempati kelas istimewa bersama para bangsawan. Mereka mendapatkan berbagai hak istimewa, termasuk pembebasan pajak. Padahal, jumlah mereka sangat kecil, yakni hanya sekitar 500.000 dari 26 juta rakyat Prancis.

Dendam masyarakat Barat terhadap keistimewaan para tokoh agama yang bersekutu dengan penguasa yang menindas rakyat semacam itu juga berpengaruh besar terhadap sikap Barat dalam memandang agama. Tidak heran, jika pada era berikutnya, muncul sikap anti pemuka agama, yang dikenal dengan istilah “anti-clericalism”. Trauma terhadap Inquisisi Gereja dan berbagai penyimpangan kekuasaan agama sangatlah mendalam, sehingga muncul fenomena “anti-clericalism” tersebut di Eropa pada abad ke-18. Sebuah ungkapan populer ketika itu, ialah: “Berhati-hatilah, jika anda berada di depan wanita, hatilah-hatilah anda jika berada di belakang keledai, dan berhati-hatilah jika berada di depan atau di belakang pendeta.” (Beware of a woman if you are in front of her, a mule if you are behind it and a priest whether you are in front or behind).” (Owen Chadwick, The Secularization of the European Mind in the Nineteenth Century, (New York: Cambridge University Press, 1975).

Trauma pada dominasi dan hegemoni kekuasaan agama (Kristen) itulah yang memunculkan paham sekularisme dalam politik, yakni memisahkan antara agama dengan politik. Mereka selalu beralasan, bahwa jika agama dicampur dengan politik, maka akan terjadi “politisasi agama”; agama haruslah dipisahkan dari negara. Agama dianggap sebagai wilayah pribadi dan politik (negara) adalah wilayah publik; agama adalah hal yang suci sedangkan politik adalah hal yang kotor dan profan.
Trauma Barat terhadap sejarah keagamaan mereka berpengaruh besar terhadap cara pandang mereka terhadap agama. Jika disebut kata “religion” maka yang teringat dalam benar mereka adalah sejarah agama Kristen, lengkap dengan doktrin, ritual, dan sejarahnya yang kelam yang diwarnai dengan inquisisi dan sejarah persekusi para ilmuwan.

Berbagai penyelewengan penguasa agama, dan pemberontakan tokoh-tokoh Kristen kepada kekuasaan Gereja yang mengklaim sebagai wakil Kristus menunjukkan bahwa konsep “infallible” (tidak dapat salah) dari Gereja sudah tergoyangkan.

Kaum Muslim, perlu mengambil hikmah dari kasus kejahatan para pemimpin Gereja ini. Ketika para tokoh agama tidak mampu menyelaraskan antara ucapan dan perilakunya, maka masyarakat akan semakin tidak percaya, bahkan bias “alergi” dengan agama. Jika orang-orang yang sudah terlanjur diberi gelar -- atau memberi gelar untuk dirinya sendiri – sebagai “ULAMA”, tidak dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya, maka bukan tidak mungkin, umat akan hilang kepercayaannya kepada para ulama. Mereka akan semakin jauh dari ulama dan lebih memuja selebriti – baik selebriti seni maupun politik.

Kasus yang menimpa sejumlah tokoh agama Katolik itu dapat juga menimpa agama mana saja. Jika tokoh-tokoh partai politik Islam tidak dapat memegang amanah -- sibuk mengeruk keuntungan pribadi dan kelompoknya, tak henti-hentinya mempertontonkan konflik dan pertikaian -- maka bukan tidak mungkin, umat akan lari dari mereka dan partai mereka.

Jika para pimpinan pesantren tidak dapat memegang amanah, para ulama sibuk mengejar keuntungan duniawi, dan sebagainya, maka umat juga akan lari dari mereka. Jika orang-orang yang dianggap mengerti agama tidak mampu menjadi teladan bagi masyarakat, tentu saja sulit dibayangkan masyarakat umum akan sudi mengikuti mereka.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari semua kisah ini, untuk kebaikan umat Islam di masa yang akan datang.*/Depok, 20 Maret 2011

Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini bekerjasama dengan Radio Dakta 107 FM
http://hidayatullah.com/read/15983/22/03/2011/

"Sejarah Gelap Para Paus"



OLeh: Dr. Adian Husaini

“Sejarah Gelap Para Paus – Kejahatan, Pembunuhan, dan Korupsi di Vatikan”. Itulah judul sebuah buku yang belum lama ini diterbitkan oleh Kelompok Kompas-Gramedia (KKG). Edisi bahasa Inggris buku ini ditulis oleh Brenda Ralph Lewis dengan judul Dark History of the Popes – Vice Murder and Corruption in the Vatican.

“Benediktus IX, salah satu paus abad ke-11 yang paling hebat berskandal, yang dideskripsikan sebagai seorang yang keji, curang, buruk dan digambarkan sebagai ‘iblis dari neraka yang menyamar sebagai pendeta’. (hal.9)

Itulah sebagian gambaran tentang kejahatan Paus Benediktus IX dalam buku ini. Riwayat hidup dan kisah kejahatan Paus ini digambarkan cukup terperinci. Benediktus IX lahir sekitar tahun 1012. Dua orang pamannya juga sudah menjadi Paus, yaitu Paus Benediktus VIII dan Paus Yohanes XIX. Ayahnya, Alberic III, yang bergelar Count Tusculum, memiliki pengaruh kuat dan mampu mengamankan singgasana Santo Petrus bagi Benediktus, meskipun saat itu usianya masih sekitar 20 tahunan.

Paus muda ini digambarkan sebagai seorang yang banyak melakukan perzinahan busuk dan pembunuhan-pembunuhan. Penggantinya, Paus Viktor III, menuntutnya dengan tuduhan melakukan ‘pemerkosaan, pembunuhan, dan tindakan-tindakan lain yang sangat keji’. Kehidupan Benediktus, lanjut Viktor, ‘Begitu keji, curang dan buruk, sehingga memikirkannya saja saya gemetar.” Benediktus juga dituduh melakukan tindak homoseksual dan bestialitas.

Kejahatan Paus Benediktus IX memang sangat luar biasa. Bukan hanya soal kejahatan seksual, tetapi ia juga menjual tahta kepausannya dengan harga 680 kg emas kepada bapak baptisnya, John Gratian. Gara-gara itu, disebutkan, ia telah menguras kekayaan Vatikan.

Paus lain yang dicatat kejahatannya dalam buku ini adalah Paus Sergius III. Diduga, Paus Sergius telah memerintahkan pembunuhan terhadap Paus Leo V dan juga antipaus Kristofer yang dicekik dalam penjara tahun 904. Dengan cara itu, ia dapat menduduki tahta suci Vatikan. Tiga tahun kemudian, ia mendapatkan seorang pacar bernama Marozia yang baru berusia 15 tahun.

Sergius III sendiri lebih tua 30 tahun dibanding Marozia. Sergius dan Marozia kemudian memiliki anak yang kelak menjadi Paus Yohanes XI, sehingga Sergius merupakan satu-satunya Paus yang tercatat memiliki anak yang juga menjadi Paus.
Sebuah buku berjudul Antapodosis menggambarkan situasi kepausan dari tahun 886-950 Masehi:

“Mereka berburu dengan menunggang kuda yang berhiaskan emas, mengadakan pesta-pesta dengan berdansa bersama para gadis ketika perburuan usai dan beristirahat dengan para pelacur (mereka) di atas ranjang-ranjang berselubung kain sutera dan sulaman-sulaman emas di atasnya. Semua uskup Roma telah menikah dan istri-istri mereka membuat pakaian-pakaian sutera dari jubah-jubah suci.”

Banyak penulis sudah mengungkap sisi gelap kehidupan kepausan. Salah satunya Peter de Rosa, penulis buku Vicars of Christ: The Dark Side of the Papacy. Buku ini juga mengungkapkan bagaimana sisi-sisi gelap kehidupan dan kebijakan tahta Vatikan yang pernah melakukan berbagai tindakan kekejaman, terutama saat menerapkan Pengadilan Gereja (Inquisisi). Kekejaman Inquisisi sudah sangat masyhur dalam sejarah Eropa. Karen Armstrong, mantan biarawati dan penulis terkenal, menyebutkan, bahwa Inquisisi adalah salah satu dari institusi Kristen yang paling jahat (one of the most evil of all Christian institutions). (Karen Armstrong, Holy War: The Crusades and Their Impact on Today’s World, (London: McMillan London Limited, 1991).

Inquisisi diterapkan terhadap berbagai golongan masyarakat yang dipandang membahayakan kepercayaan dan kekuasaan Gereja. Buku Brenda Ralph Lewis mengungkapkan dengan cukup terperinci bagaimana Gereja menindas ilmuwan seperti Galileo Galilei dan kawan-kawan yang mengajarkan teori heliosentris. Galileo (lahir 1564 M) melanjutkan teori yang dikemukakan oleh ahli astronomi asal Polandia, Nikolaus Copernicus. Tahun 1543, tepat saat kematiannya, buku Copernicus yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium, diterbitkan.

Tahun 1616, buku De Revolutionibus dimasukkan ke dalam daftar buku terlarang. Ajaran heliosentris secara resmi dilarang Gereja. Tahun 1600, Giordano Bruno dibakar hidup-hidup sampai mati, karena mengajarkan bahwa bumi berputar mengelilingi matahari. Lokasi pembakaran Bruno di Campo de Fiori, Roma, saat ini didirikan patung dirinya.

Melihat situasi seperti itu, Galileo yang saat itu sudah berusia lebih dari 50 tahun, kemudian memilih sikap diam.

Pada 22 Juni 1633, setelah beberapa kali dihadirkan pada sidang Inquisisi, Galileo diputus bersalah. Pihak Inquisisi menyatakan bahwa Galileo bersalah atas tindak kejahatan yang sangat mengerikan. Galileo pun terpaksa mengaku, bahwa dia telah bersalah. Bukunya, Dialogo, telah dilarang dan tetap berada dalam indeks Buku-Buku Terlarang sampai hampei 200 tahun. Galileo sendiri dihukum penjara seumur hidup. Ia dijebloskan di penjara bawah tanah Tahta Suci Vatikan. Pada 8 Januari 1642, beberapa minggu sebelum ulang tahunnya ke-78, Galileo meninggal dunia. Tahun 1972, 330 tahun setelah kematian Galileo, Paus Yohanes Paulus II mengoreksi keputusan kepausan terdahulu dan membenarkan Galileo.

Kisah-kisah kehidupan gelap para Paus serta berbagai kebijakannya yang sangat keliru banyak terungkap dalam lembaran-lembaran sejarah Eropa. Peter de Rosa, misalnya, menceritakan, saat pasukan Napoleon menaklukkan Spanyol tahun 1808, seorang komandan pasukannya, Kolonel Lemanouski, melaporkan bahwa pastor-pastor Dominikan mengurung diri dalam biara mereka di Madrid.

Ketika pasukan Lemanouski memaksa masuk, para inquisitors itu tidak mengakui adanya ruang-ruang penyiksaan dalam biara mereka. Tetapi, setelah digeledah, pasukan Lemanouski menemukan tempat-tempat penyiksaan di ruang bawah tanah. Tempat-tempat itu penuh dengan tawanan, semuanya dalam keadaan telanjang, dan beberapa di antaranya gila.

Pasukan Prancis yang sudah terbiasa dengan kekejaman dan darah, sampai-sampai merasa muak dengan pemandangan seperti itu. Mereka lalu mengosongkan ruang-ruang penyiksaan itu, dan selanjutnya meledakaan biara tersebut.

Kejahatan penguasa-penguasa agama ini akhirnya berdampak pada munculnya gerakan liberalisasi dan sekularisasi di Eropa. Masyarakat menolak campur tangan agama (Tuhan) dalam kehidupan mereka.

Sebagian lagi bahkan menganggap agama sebagai candu, yang harus dibuang, karena selama ini agama digunakan alat penindas rakyat. Penguasa agama dan politik bersekutu menindas rakyat, sementara mereka hidup berfoya-foya di atas penderitaan rakyat. Salah satu contoh adalah Revolusi Perancis (1789), yang mengusung jargon “Liberty, Egality, Fraternity”.

Pada masa itu, para agamawan (clergy) di Perancis menempati kelas istimewa bersama para bangsawan. Mereka mendapatkan berbagai hak istimewa, termasuk pembebasan pajak. Padahal, jumlah mereka sangat kecil, yakni hanya sekitar 500.000 dari 26 juta rakyat Prancis.

Dendam masyarakat Barat terhadap keistimewaan para tokoh agama yang bersekutu dengan penguasa yang menindas rakyat semacam itu juga berpengaruh besar terhadap sikap Barat dalam memandang agama. Tidak heran, jika pada era berikutnya, muncul sikap anti pemuka agama, yang dikenal dengan istilah “anti-clericalism”. Trauma terhadap Inquisisi Gereja dan berbagai penyimpangan kekuasaan agama sangatlah mendalam, sehingga muncul fenomena “anti-clericalism” tersebut di Eropa pada abad ke-18. Sebuah ungkapan populer ketika itu, ialah: “Berhati-hatilah, jika anda berada di depan wanita, hatilah-hatilah anda jika berada di belakang keledai, dan berhati-hatilah jika berada di depan atau di belakang pendeta.” (Beware of a woman if you are in front of her, a mule if you are behind it and a priest whether you are in front or behind).” (Owen Chadwick, The Secularization of the European Mind in the Nineteenth Century, (New York: Cambridge University Press, 1975).

Trauma pada dominasi dan hegemoni kekuasaan agama (Kristen) itulah yang memunculkan paham sekularisme dalam politik, yakni memisahkan antara agama dengan politik. Mereka selalu beralasan, bahwa jika agama dicampur dengan politik, maka akan terjadi “politisasi agama”; agama haruslah dipisahkan dari negara. Agama dianggap sebagai wilayah pribadi dan politik (negara) adalah wilayah publik; agama adalah hal yang suci sedangkan politik adalah hal yang kotor dan profan.
Trauma Barat terhadap sejarah keagamaan mereka berpengaruh besar terhadap cara pandang mereka terhadap agama. Jika disebut kata “religion” maka yang teringat dalam benar mereka adalah sejarah agama Kristen, lengkap dengan doktrin, ritual, dan sejarahnya yang kelam yang diwarnai dengan inquisisi dan sejarah persekusi para ilmuwan.

Berbagai penyelewengan penguasa agama, dan pemberontakan tokoh-tokoh Kristen kepada kekuasaan Gereja yang mengklaim sebagai wakil Kristus menunjukkan bahwa konsep “infallible” (tidak dapat salah) dari Gereja sudah tergoyangkan.

Kaum Muslim, perlu mengambil hikmah dari kasus kejahatan para pemimpin Gereja ini. Ketika para tokoh agama tidak mampu menyelaraskan antara ucapan dan perilakunya, maka masyarakat akan semakin tidak percaya, bahkan bias “alergi” dengan agama. Jika orang-orang yang sudah terlanjur diberi gelar -- atau memberi gelar untuk dirinya sendiri – sebagai “ULAMA”, tidak dapat mempertanggungjawabkan amal perbuatannya, maka bukan tidak mungkin, umat akan hilang kepercayaannya kepada para ulama. Mereka akan semakin jauh dari ulama dan lebih memuja selebriti – baik selebriti seni maupun politik.

Kasus yang menimpa sejumlah tokoh agama Katolik itu dapat juga menimpa agama mana saja. Jika tokoh-tokoh partai politik Islam tidak dapat memegang amanah -- sibuk mengeruk keuntungan pribadi dan kelompoknya, tak henti-hentinya mempertontonkan konflik dan pertikaian -- maka bukan tidak mungkin, umat akan lari dari mereka dan partai mereka.

Jika para pimpinan pesantren tidak dapat memegang amanah, para ulama sibuk mengejar keuntungan duniawi, dan sebagainya, maka umat juga akan lari dari mereka. Jika orang-orang yang dianggap mengerti agama tidak mampu menjadi teladan bagi masyarakat, tentu saja sulit dibayangkan masyarakat umum akan sudi mengikuti mereka.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari semua kisah ini, untuk kebaikan umat Islam di masa yang akan datang.*/Depok, 20 Maret 2011

Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini bekerjasama dengan Radio Dakta 107 FM
http://hidayatullah.com/read/15983/22/03/2011/

Tertawa Baik untuk Otak


Hidayatullah.com--Ketika kita menemukan sesuatu yang lucu, otak kita serta merta berseri-seri alias cemerlang layaknya wajah kita. Semakin lucu lelucon maka makin banyak aktivitas di reward center yakni pusat pengendalian atau neuron tertentu yang membuat perasaan menjadi senang dan puas.

Para ahli percaya tertawa bisa membantu menentukan apakah pasien dalam keadaan emosi positif yang alami. Untuk itu, tim ilmuwan menscan otak relawan untuk membandingkan apa yang terjadi ketika mereka mendengar kalimat biasa dan lelucon, Rabu (29/06/2011), sebagaimana dikutip DailyMail.

Dan hasilnya reward center 'menyala' lebih banyak dalam menanggapi humor. Kekuatan respon tersebut juga tergantung pada seberapa lucu lelucon itu menurut penilaian 12 pasien.

Peneliti Dr Matt Davis, dari Kognisi MRC dan Unit Ilmu Otak di Cambridge, mengatakan: "Kami menemukan sebuah pola karakteristik dari aktivitas otak ketika lelucon menggunakan permainan kata-kata.

Permainan kata ini akan melibatkan area otak untuk memproses bahasa lebih banyak dibandingkan lelucon yang tidak melibatkan permainan kata.

Pemetaan juga dilakukan untuk mengetahui bagaimana otak memproses lelucon dan bagaimana bahasa memberikan kontribusi untuk kesenangan mendengarkan lelucon. "Kita dapat menggunakan ini sebagai patokan untuk memahami bagaimana orang yang tidak dapat berkomunikasi secara normal bereaksi terhadap lelucon".

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Neuroscience, dapat membantu dokter menjangkau pasien cedera otak. Hal ini juga bisa membantu orang dengan masalah emosional.

Hanya saja, dalam Islam banyak tertawa juga berakibat kurang baik. Islam memerintahkan untuk banyak tersenyum, dan melarang untuk banyak tertawa, karena segala sesuatu yang kebanyakan dan melampaui batas akan membuat hati menjadi mati.

Dalam sebuah hadits di mana Aisyah berkata: "Saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum.” (HR. Al-Bukhari no. 6092 dan Muslim no. 1497). *


http://hidayatullah.com/read/17756/29/06/2011/tertawa-baik-untuk-otak.html

Cewek ‘Hitam-Putih'

Sobat muslim, makhluk Alloh Ta’ala bernama cewek sering-kali diidentikkan dengan peri-laku yang manis. Makhluk yang lembut, ngemong, care, bisa ngatur keuangan, teliti, rapi, sabar, penuh perhitungan dan lain-lain dan sebagainya. Tapi, ternyata kalau merhatiin fakta sekarang kayaknya makin jarang aja tuh nemuin cewek yang kayak gitu.

Bener. Dilihat dari berita yang seliweran di berbagai media, baik cetak maupun elektronik, bahkan dari yang saya lihat dan dengar langsung makin sering didapetin kenyataan banyak cewek yang makin jauh dari kontrol agamanya (baca: Islam). Dari sekadar yang “remeh” sampai yang kelas berat kalau nggak mau dibilang sadis. Sekadar contoh aja nih ya, cewek-cewek yang ngomongnya asal ngejeplak nggak pake mikir makin gampang ditemuin. Lisannya nggak kekontrol. Seluruh isi kebun binatang sering banget jadi kosa kata yang enteng-enteng aja diucapin. Duh…duh…

Fakta yang lainnya yang sempet bikin saya kaget adalah makin seringnya saya jumpai cewek-cewek remaja yang merokok, di foodcourt atau bahkan di angkot. Saya pernah pergi ke sebuah obyek wisata di Jakarta Selatan beberapa waktu lalu untuk keperluan pembuatan film dokumenter, saya jumpai banyak remaja berseragam putih abu-abu yang lagi asyik santai-santai di pinggir danau. Beberapa di antaranya asyik ketawa-ketiwi sambil asyik ngerokok. Weleh! Weleh!

Cewek ngerokok bukan persoalan pantes atau nggak pantes, cocok atau nnggak cocok. Cowok ngerokok juga nggak banget! Apalagi cewek. Apa mereka nggak sadar ya? Kebiasaan mereka merokok nggak cuma bakal bikin rusak organ tubuh mereka, tapi juga sebenarnya dengan begitu mereka membunuh generasi penerus bahkan sebelum mereka tumbuh! Bayangin aja kalo para calon ibu udah menye-saki rahim, organ reproduksi, dan darahnya dengan racun dari asap rokok, gimana nanti para janin bisa tumbuh dengan baik dan sehat? Yang dijaga baik-baik dengan sepenuh hati dan jiwa aja kadang ada persoalan, apalagi kalau calon ibunya nggak pedulian? Cepet tobat deh!

Fakta yang lebih menyeramkan lagi nih makin menjamur remaja cewek yang gampang obral cinta menjual keperawanannya. Setelah perut melendung baru deh panik, lalu perilaku sadis pun tega dilakukan demi menjaga nama baik. Sang jabang bayi dibunuh atau dibuang. Nau’dzubillahi min dzalik.



Cewek hitam vs cewek putih

Fakta “hitam” para remaja cewek seperti contoh di atas emang bikin sumpek perasaan dan pikiran. Bikin para orang tua dan guru jadi khawatir terus-terusan. Jaman emang udah edan! Begitu kata banyak orang.

Tapi, Alhamdulillah di tengah merebaknya fenomena ceweknya berkelakuan minus bahkan super minus, masih ada para remaja muslimah yang tampil dengan segala nilai plus mereka. Nilai minus versus nilai plus yang standarnya nggak cuma pantes nggak pantes menurut ukuran manusia yang gampang berubah di lain waktu, lain tempat, tapi yang valid pastinya menurut ukuran hukum syara, aturan Islam yang berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah.

Makin marak remaja muslimah yang pede memakai jilbab (baju longgar panjang, contoh: gamis) dan kerudung. Tutur kata juga dijaga sebaik mungkin. Berbakti ke ortu. Ngaji udah bagian aktivitas rutin yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Saling nasihat, saling memberi semangat untuk bersegera melak-sanakan kebaikan dan tegas mengingatkan yang melakukan kesalahan menjadi bagian hidup mereka. Prestasi di sekolah juga lumayan, bahkan banyak yang juara. Itu semua bukan cuma karena dorongan pengen eksis, sok pamer diri, pengen dipuji, tapi lebih dari itu semuanya dilakukan semata karena dorongan keimanan, takut dosa, dan rindu masuk Surga. Karena Surga kan juga untuk remaja bukan cuma untuk yang tua-tua. Hahay!



“Hitam”nya cewek

Kelakuan minus para remaja cewek hadir bukan tanpa sebab. Karena nggak ada manusia yang lahir ke muka bumi dengan memikul dosa. Semua bayi itu suci. Berarti sebenarnya semua manusia dipotensikan Alloh Sang Maha Pencipta sebagai makhluk mulia. Nah, terus kenapa ya sekarang banyak cewek yang bertingkah minus?

Ada faktor internal dan eksternal yang bisa jadi penyubur jumlah cewek berkelakuan buruk. Apa aja?

Faktor internal. Pertama, malas. Hari gini pemandangan masjid dan surau bisa ditebak banyaknya diisi ibu-ibu sepuh, nini alias para nenek. Forum pengajian sepi dari para remaja. Alasannya: malezzz. Lalu berkilah: “Belajar agama nggak usah segitu-gitunya kali. Yang penting kan hidup itu nggak ngerugiin orang lain” (backsound: berarti boleh ngerugiin diri-sendiri? Weleh! Enggak lah!). Juga ada yang bilang bahwa: “Belajar agama nambah beban. Pelajaran lain aja udah bikin badan cenat-cenut. Kakak mentornya kalau jelasin bikin ngantuk, bikin bête,” dan lain-lain yang sebenarnya semua itu cuma untuk nutupin rasa malas.

Kedua, nggak pede memulai kebaikan. Iri juga sih sama temen-temen yang berjilbab dan smart. Tapi, kalau ikutan mereka ngaji juga, entar dibilang sok alim lagi. Mendingan mundur aja deh. Wah, setitik pencerahan yang sempat datang akhirnya sirna cuma karena takut dibilang sok alim. Nggak pede untuk nerusin niat baik jadi tindakan. Malah tetep betah satu arah sama temen-temennya yang kelakuannya buruk. Tingkah minus nggak juga kehapus.

Ketiga, nggak tahu ajaran Islam. Ada lho yang kelakuannya nggak muslimah banget, bukan lantaran dia emang maunya kayak gitu. Tapi, yang dia tahu ya … cewek gaul, cewek masa kini emang kudu kayak gitu. Nah, untuk para cewek model gini butuh ada orang yang segera menunjuki. Sekali lagi mereka bukan nggak mau jadi cewek sholihah, tapi karena mereka nggak tahu cewek yang baik itu seperti apa dan gimana caranya.

Itu faktor internal. Terus faktor eksternal-nya apa aja ya? Nih, dia! Pertama, keluarga. Nggak bisa dipungkiri lingkungan di luar diri manusia terdekat dan yang paling pertama adalah keluarga, terutama ibunya. Gimana cara ortu membesarkan dan mendidik anak-anaknya pasti sangat berpengaruh terhadap perkem-bangan kepribadian si anak. Contoh konkrit nih. Saya punya teman yang nggak bisa lepas dari kata-kata kasar setiap berucap. Cerita punya cerita setelah saya punya kesempatan ngobrol sama dia, ternyata bapaknya dulu juga sering sekali berkata kasar kepada anak-anaknya dan orang lain di depan anak-anaknya. Waduh!

Kedua, lingkungan rumah dan pergaulan. Faktor yang ini juga nggak kalah penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak manusia. Banyak kejadian seorang remaja dari keluarga baik-baik, ayah-ibunya orang-orang yang shalih ternyata bisa juga terjerumus perilaku yang dilarang agama; narkoba, free sex, dsb. Astaghfirullah! Ngeri banget tuh! Padahal remaja juga manusia yang juga mahkluk sosial, yang butuh bergaul dengan dunia luar. Pastinya nggak sesuai dengan fitrah kalau ortu ngurung anak di rumah, keluar cuma untuk sekolah. Tapi, kalau anak dibiarkan keluar rumah mengundang banyak potensi “racun” pemikiran yang bikin anak jadi liar dan kelakuan buruk jadi kebiasaan. Huuuffft! Jadi ortu jaman sekarang emang kudu jadi pengawas super ketat, super ekstra supaya nggak kecolongan.

Ketiga, sistem kapitalisme. Akidah sekularisme dari sistem Kapitalisme ini sudah tertanam kuat di pikiran dan perasaan tiap insan termasuk kaum muslim bahwa agama (Islam) nggak boleh ikut campur masalah hidup manusia. Masalah sekolah alias pendidikan, cari uang, pergaulan, berpolitik, untuk ngedapetin hak kesehatan, keamanan, itu semua nggak boleh bawa-bawa agama. Agama cuma cocok untuk di mesjid, surau, majelis ta’lim. Agama cuma bisa dipake’ pas sholat, puasa, zakat, dan haji, hubungan anak ke ortu, murid ke guru. Selebihnya silakan manusia mikir gimana baiknya menurut versinya sendiri-sendiri. Kacau banget tuh!



Jadi cewek ‘Putih’ yuk!

Kita pastinya nggak mau hidup ini selamanya didominasi hal-hal minus, yang buruk-buruk. Kita kudu mengubahnya dengan lebih dulu mengubah diri kita agar jadi sosok yang lebih baik, jadi sosok cewek yang sholihah.

Jalan menuju kebaikan udah fitrahnya bakal nggak gampang dilalui. Apalagi di tengah bombardir opini negatif tentang Islam sebagai ideologi dan aturan kehidupan sekarang ini. Islam seringkali dikambinghitamkan dan kaum muslimin dipojokkan. Di saat yang sama perilaku liberal diiklankan sebagai satu hal yang wajar. Bikin banyak cewek yang mulai sadar malah jadi nggak nyaman meneruskan perjalanan menuju kebaikan hakiki, kesholihan sejati.

Tapi, Sis…never give up! Ketika setitik kesadaran sudah mulai didapatkan segera cari teman yang bisa menguatkan untuk bisa konsisten belajar Islam. Jangan betah di lingkungan pergaulan yang lama. Bukan kita nggak setia kawan, tapi kita sebagai orang yang lebih dulu nyadar, kudu segera nyelametin diri supaya bisa nyelametin yang lain juga. Nggak tenggelam sama-sama.

Jangan sampai kesadaran yang mulai muncul dibiarkan, lalu layu sebelum berkem-bang. Bahaya! Kesempatan bisa jadi nggak datang dua kali. Dan, yang namanya ajal bukan wewenang kita untuk miliki selamanya. Ada Alloh yang Maha Pemilik Alam dan Manusia. Jadi mumpung nafas masih bisa kita hembuskan selama itu semangat memperbaiki diri harus kita miliki. Ayo sadar dan giat belajar Islam!

Hal lain yang nggak boleh kita lupa, Sis. Sebagai cewek, kitalah penentu pertama dan utama hitam-putihnya generasi selanjutnya. Ya iya dong. Sebagai cewek kan kita ditakdirkan Alloh untuk bisa hamil, melahirkan, lalu menyusui alias kita tuh calon ibu. Kebayang deh kalau calon ibunya minim pengetahuan agama, gimana bisa membekali anak-anaknya dengan agama? Kebayang juga kalo para calon ibu tingkahnya begajulan, gimana bisa menjadi contoh bagi anak-anaknya nanti berlaku santun dan sopan? Nggak deh. [Rumaisha Hawa]

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by sholihin on the May 23rd, 2011


gaulislam edisi 187/tahun ke-4 (19 Jumadil Akhir 1432 H/ 23 Mei 2011)

Korban Iklan

Ayu memandang lama ke arah kaca, ia terkejut sekali mendapati jerawat bermunculan di wajahnya. Sebenarnya, hal ini lumrah-lumrah saja, toh usia Ayu kan masih tujuh belas tahun, ketidakseimbangan hormon yang berefek timbulnya jerawat masih terjadi dalam tubuhnya. Meskipun begitu, bagi Ayu, hal ini tidak dapat didiamkan.Tak ada maaf untuk jerawat yang bertebaran di pipinya! Ayu putar otak, apa ya yang harus ia lakukan untuk menyingkirkan musuh kecantikannya ini?

Ia ambil laptopnya, diketikkannya sebaris kata kunci “jual obat jerawat” di kolom pencarian search engine terbaik sejagad, Google, dan muncullah sederet tautan ke online shop yang menjajakan berbagai merek obat jerawat. Harga obat jerawat berbagai merek itupun beragam, mulai dari Rp. 30.000,- sampai ratusan ribu rupiah. Ayu bingung harus pilih yang mana, jadi ia putuskan untuk minta rekomendasi Eka, sahabatnya yang tajir dan berkulit licin bak berlapis lilin itu. Pasti Eka lebih tahu!

Saat ia tanyakan obat jerawat apa yang sebaiknya ia pakai, Eka justru menjawab, “Aduh, jangan pakai sembarang obat deh Yu, ikut aku aja ke klinik kecantikan di Mal XX. Tuh mumpung lagi ada promo 50% off. Cuma berlaku sampai akhir bulan lho, kapan lagi kita bisa perawatan di klinik mahal dengan biaya semurah itu.”

Singkat kata, keduanya bertemu di klinik mewah di salah satu pusat perbelanjaan paling high end di Jakarta. Belum apa-apa, poster besar bergambar artis langsing berkulit putih, kinclong,- dan bebas jerawat tentunya- sudah nampang di etalase klinik itu. Senyum ramah si mbak penjaga counter menyambut Ayu dan Eka. Si Mbak penjaga counter yang berwajah putih, cantik, dan mulus itu menawarkan paket perawatan anti jerawat pada Ayu. Ia katakan bahwa produk kecantikan yang dipakai di kliniknya aman, dipakai oleh para selebritis, dan sangat efektif mencegah jerawat.

Gambar-gambar di brosurpun mendukung pernyataan si Mbak counter. Ayu merasa yakin, inilah solusi bagi masalah jerawatnya. Ia menyanggupi untuk ikut paket perawatan yang ditawarkan si Mbak tanpa menanyakan apakah pemakaian obat dan peralatan di klinik tersebut diawasi oleh dokter spesialis kulit dan kelamin atau tidak, apakah produk dan alat tersebut memenuhi standar keamanan Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI) atau tidak, apakah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau tidak. Sudahlah, nggak penting itu, toh yang lain juga udah banyak yang pake! Begitu pikir Ayu.

Sempat agak shock juga ketika Ayu disodori nota pembayaran sebesar tiga juta rupiah untuk lima kali perawatan. Berarti sekali datang, Ayu harus bayar enam ratus ribu rupiah. Uang saku dua bulan bo’! “Ya, sudahlah nggak masalah, cantik itu memang butuh pengorbanan. Harga normalnya kan emang enam juta untuk lima kali perawatan, murah dong!” Batin Ayu.

Karena termotivasi untuk jadi cantik, putih, mulus, dan bebas jerawat, Ayu rajin datang ke klinik tersebut dan rutin membeli semua produk yang ditawarkan oleh beautician yang menanganinya. Kulit kusam dan berjerawatnya memang berubah jadi putih, kinclong, dan mulus hanya dalam hitungan minggu. Produk dan perawatan di klinik itu memang hebat!



Jangan mudah percaya iklan

Tetapi beberapa bulan kemudian Ayu memutuskan untuk berhenti memakai produk itu karena stabilitas keuangannya terganggu alias tongpes (kantong kempes). Setelah menghentikan pemakaian, kulitnya makin hari makin kusam dan timbul flek-flek hitam. Ada apakah gerangan? Ayu mencari tahu. Ketika browsing di internet, ia temukan sebuah artikel yang menyebutkan bahwa produk krim pagi dan krim malam dari klinik ternama yang jadi langganannya itu termasuk dalam kategori kosmetik berbahaya.

Pertanyaan Ayu terjawab! Klinik kecantikan tersebut ternyata tidak memiliki ijin resmi, tidak beroperasi di bawah pengawasan dokter spesialis kulit dan kelamin, dan beberapa produknya mengandung merkuri, asam retinoat, dan zat warna rhodamin dengan kadar yang jauh melampaui ambang batas pemakaian yang diperbolehkan serta sangat berbahaya bagi kesehatan. Efek jangka panjang ketiga zat ini bahkan lebih fatal lagi…

Masa’’? Emang sefatal apa sih efeknya? Eh, emang fatal banget lagi! Ibu Zullies Ikawati, guru besar ilmu farmasi di Universitas Gajah Mada Yogyakarta, menjelaskan dalam blognya www.zulliesikawati.wordpress.com bahwa ketiga zat tersebut dapat menyebabkan iritasi pada kulit, kerusakan ginjal, gangguan syaraf, gangguan pada janin, bahkan kanker. Ngeri kan?

Ibu Zullies, mengutip edaran BPOM dalam blognya, menyebutkan bahwa beberapa produk yang dipakai di Natasha Medicated Skin Care Yogyakarta mengandung asam retinoat. Selain itu, masih ada beberapa produk bermerek terkenal yang sempat ditarik dari pasaran karena mengandung merkuri, seperti Olay Total White produk Malaysia dan Pond’s Age Miracle produk Thailand/Singapura.

Selain berbahaya, produk kecantikan juga belum tentu halal. Bahan-bahan seperti kolagen, plasenta, cairan amnion, lemak, vitamin, asam alfa hidroksi, dan hormon yang terkandung dalam kosmetik juga perlu diperhatikan kehalalannya. Kolagen misalnya, ternyata nggak hanya diekstrak dari sapi. Bahan ini juga bisa diekstrak dari babi. Jadi jika membeli produk kosmetik berkolagen, perhatikan dulu ada label bovine colagen (kolagen sapi) atau nggak di labelnya agar kita yakin bahwa produk berkolagen tersebut halal. Selain itu, kosmetika berbahan dasar plasenta manusia seperti yang pernah diproduksi oleh La Tulipe (PT. Rembaka, Sidoarjo, Jawa Timur), St. Ives, Musk by Alyssa Ashley, Snow White Lily (Yoshihiro Clinic, Tokyo-Japan) juga dijatuhi fatwa haram oleh MUI (Fatwa MUI No. 2, Munas IV 30 Juli 2000). Zat-zat lain yang dibuat dengan media hewan yang diharamkan atau diekstrak dari hewan yang haram maupun dari organ manusia juga haram hukumnya.



Bedakan antara keinginan dan kebutuhan

Ayu pada dasarnya sudah cantik. Ia wanita Indonesia, wajar lah kalau kulitnya sawo matang. Usianya baru tujuh belas tahun, wajar juga lah kalau satu-dua biji jerawat nongol, kulitnya juga nggak bakalan kusam kalau ia rajin merawat dan membersihkannya, salah satu cara membersihkannya dengan tanpa risiko ya dengan cara berwudhu. Insya Allah.

Apakah Ayu butuh kolagen dan plasenta untuk mencegah kerutan pada wajah? Butuhkah ia pada whitening cream dan berbagai macam serum yang membuat kulitnya awet muda? Belum juga kan? Nah, maka tindakan Ayu hanya dilatarbelakangi oleh berbagai keinginan: keinginan untuk tampil cantik, keinginan untuk dipuja teman sebayanya, keinginan untuk tampil menarik di hadapan lawan jenis yang disukainya, dan sebagainya, jadi tindakannya itu tidak diambil dengan latar belakang kebutuhan. Nah, sekarang udah jelas kan beda antara kebutuhan dan keinginan? Apa? Belum juga?! Gubrak!

Jika ditelusuri lebih jauh lagi, ternyata nih, ada semacam mekanisme “kontrol sosial” yang menyebabkan Ayu melakukan perawatan kecantikan di klinik yang memakai produk mahal dan berbahaya tersebut.

Apaan tuh kontrol sosial? Kontrol sosial di sini dimaknai sebagai dorongan dari berbagai pihak di luar diri Ayu yang “memaksa”nya untuk melakukan tindakan konsumtif. Sebagian dari kamu bisa aja komentar: “Ih, emang kita mau dipaksa-paksa beli? Nggak lah ya!”

Eits, sebentar, sebentar, jangan nyolot dulu. Bisa kok kita di”paksa” beli, di”paksa” dengan cara halus tentunya. Suatu komunitas akan menganggap kita nggak “gaul” kalau tidak mengikuti gaya hidup para anggota komunitas itu. Mau nggak mau akhirnya kita mengikuti gaya hidup suatu komunitas agar diterima menjadi anggotanya, salah satu cara kita untuk menyamakan diri dengan para anggota komunitas itu adalah dengan meniru gaya hidup mereka dan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Bro en Sis, kita juga bisa dipaksa melakukan tindakan konsumtif melalui “serangan” pada imej diri kita, misalnya: mama Ayu selalu bilang “kok kamu jerawatan sih, cewek berjerawat itu jelek lho.”

Jika Ayu tidak punya konsep diri yang kuat, Ayu dengan otomatis akan menciptakan imej bahwa dirinya jelek karena wajahnya ditumbuhi jerawat. Jadi, agar dianggap cantik, Ayu harus menghilangkan jerawatnya dengan berbagai cara; salah satu cara menghilangkannya adalah dengan “terpaksa” membeli produk kosmetika mahal atau mengikuti paket perawatan kecantikan yang cukup menguras isi kantong. Hmm… kamu gitu juga nggak?

Oya, ibandingkan kedua “paksaan” tadi, tampaknya iklanlah media yang paling “ampuh” untuk memaksa kita mengkonsumsi suatu produk. Dalam iklan ditanamkan persepsi bahwa cantik itu harus putih, mulus, tanpa jerawat. Awalnya penyebaran propaganda ini dilakukan hanya demi melancarkan penjualan produk kosmetik anti jerawat yang ditawarkan perusahaan tertentu, namun lama-kelamaan propaganda ini diserap konsumen dan pandangan umum masyarakat tentang kecantikan pun perlahan-lahan bergeser menjadi: cantik itu putih, mulus, tanpa jerawat.

Lalu, kita nggak boleh cantik gitu? Nggak boleh beli kosmetik mahal? Nggak boleh perawatan kecantikan? Nggak gitu juga sih maksudnya. Boleh kok kita cantik, tapi jangan konsumtif. Kita harus pandai-pandai mempertimbangkan apakah alasan kita membeli suatu produk kosmetik tertentu itu kebutuhan atau hanya sekadar menuruti keinginan alias nafsu sesaat saja. Lihat juga produk tersebut aman atau tidak, halal atau haram, jangan hanya tergiur janji-janji setinggi langit yang ditampilkan dalam bentuk iklan. Waspada!

Nah, sobat muda, mulai sekarang bijaksanalah dalam menggunakan uang, jangan boros (apalagi dalam Islam dilarang tabzir), dan jangan jadi korban iklan. Sip deh! [riana irawati: anata_ga_mitai@yahoo.co.id]

Posted in Buletin GAUL Islam,Tahun IV/2010-2011 by sholihin on the May 16th, 2011


gaulislam edisi 186/tahun ke-4 (12 Jumadil Akhir 1432 H/ 16 Mei 2011)

Kutemukan Cinta di Antara Cinta-Nya


Sebagai muslimah yang ingin selalu taat, aku sering banyak beristighfar saat tak sengaja memandangnya dengan penuh rasa cinta dan sayang. Dosakah aku? Bahkan secara sadar aku ingin dia memandangiku. Sombongkah aku? Semoga tidak. Tapi sebagai seorang wanita, rasa cintaku hanya bergemuruh di kalbu tak mampu aku ungkapkan. Atau wanita memang diciptakan untuk diam seribu bahasa ketika segudang cinta tertambat didada?

Semoga Allah memahami kegalauan hatiku ini. Bukankah Allah telah menciptakan laki-laki sebagai pasangan wanita? Jika ya, izinkan aku untuk memilikinya, seseorang yang aku harapkan. Ya Allah. jika dia baik bagiku, sampaikan bisikan hatiku, jika tidak baik bagiku, tolong tenangkanlah hati ini. Doa yang aku pinta kepada-Nya.

***
Waktu malam minggu pukul delapan lebih tiga puluh menit. Ketika aku sedang asyik menulis di depan komputer ternyata handphone-ku berbunyi dengan nada dering "Ketika Cinta Bertasbih" yang dinyanyikan Melly Goeslaw menandakan ada SMS masuk. Tidak seperti biasanya aku terkejut dengan isi pesan itu, dengan jelas nama laki-laki tersebut, lelaki yang tidak aku kenal. Pikirku mungkin salah sambung sehingga aku tidak mempedulikannya.

Selang berapa menit SMS dengan pesan serupa dan dari pengirim yang sama berdering lagi. Akhirnya aku kesal dan langsung mematikan handphone-ku yang berwarna silver dan kusimpan di atas rak buku yang berdekatan dengan meja belajar. Aku pun fokus menulis.

Keesokan paginya pukul empat lebih tiga puluh menit handphone-ku diaktifkan kembali, usai solat subuh dan Al-Matsurat. Setelah itu banyak pesan yang masuk diantaranya nomor handphone laki-laki yang tak jelas itu dengan isi pesan yang membuatku benci.

Kucoba untuk menghubunginya ternyata benar seorang laki-laki yang katanya ingin kenalan. Ia mengaku dapat nomor handphone-ku dari seseorang yang tak mau menyebutkan namanya. Aku benci dengan orang itu sambil memohon ampun untukku dan untuknya kepada Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

***
Sebut saja aku ini Mawar dengan sosok yang penuh semangat dan anggun. Hmm.. jangan bayangin aku yah. Mawar anak yang pendiam namun gampang bergaul dengan siapa saja. Terkadang orang-orang yang disekilingnya penuh dengan tanda tanya terhadap dirinya. Segi penampilan alhamdulillah ia selalu menutup auratnya dengan balutan jilbab yang cukup lebar dan ia paling suka jilbab yang berwarna merah marun bermotifkan bunga-bunga.

Entah kenapa sikapnya yang berubah baik itu mengejutkan banyak orang terutama sahabat dekatnya, Ayu. Sewaktu dulu di SMA ia tidak seperti itu, ia anak yang malas, suka bolos sekolah, suka mementingkan dirinya sendiri dan sempat berpacaran juga. Aku mohon ampun pada-Mu ya Allah.

Pada dasarnya setiap orang pasti pernah berbuat salah. Siapapun orangnya. Apalagi jika saat iman lagi hampa dan kesempatan terbuka lebar dalam kemaksiatan mungkin terjadi. Sekali berbuat akan merasa berdosa, tapi jika dilakukan terus-menerus perasaan dosa itu akan hilang begitu saja tanpa ada rasa takut di adzab oleh-Nya.

Seseorang yang merasa enjoy melakukan dosa bahkan merasa benar apa yang dilakukannya berarti Allah sudah membencinya. Naudzubillah.

***
Alhamdulillahnya hidayah itu pun datang ketika kita sudah niat untuk menjemput hidayah yang Allah berikan kepada kita. Hidayah itu butuh ikhtiar kita, bukan berarti menantinya. Hidayah itu sangat mahal dan sulit untuk ditemukan dan didapatkannya lagi. Maka dari itu Mawar sangat membenci ketika ada pesan SMS yang membuat ia penuh kekhawatiran akan terjebak kembali dalam kemaksiatan seperti dulu.

Memang Maha benar firman Allah yang Maha Pemberi Ampunan namun bukan berarti kita sesuka hati melakukan kesalahan yang sama kemudian bertobat, dan melakukan dosa lagi, lalu tobat lagi, seperti itu lagi. Sebenarnya aku ini ingin menghindari dari hal-hal yang dilarang agama, khususnya zina. Allah SWT. Berfirman: ”Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra:32).

Kalau tidak ada aturan halal dan haram, mungkin sekarang kita sedang menikmati semua kenikmatan duniawi tanpa rasa takut. Benar gak? ” Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup.....”. (QS. Al-Araf:20)

Sudah jelas ayat diatas bahwa syaitan selalu saja menggoda manusia kapanpun ia mau. Seperti kisah Nabi Adam bersama isterinya Hawa, ketika di surga Nabi Adam terbujuk oleh bisikkan syaitan untuk mencicipi buah yang Allah larang, hingga akhirnya Nabi Adam dan Hawa turun dari surga.

Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Begitupun dengan cinta, semua orang pasti merasakanya. Cinta ibarat udara yang sangat berarti dalam setiap kehidupan manusia. Cinta itu bagaikan angin yang tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh tapi dapat dirasakan kehadirannya dengan ketenangan dan kenyamanan. Walau hanya menutup mata karena cinta itu hadir dalam hati.

Semua yang kita lakukan pada dasarnya tergantung pada niat. Jangan mengatasnamakan cinta apabila diri kita jadi harus saling merusak. Benar tidak? Cinta itu suci jangan dikotori dengan perbuatan yang bisa mengotori cinta. Cinta yang hakiki adalah cinta pada Allah. Semoga kita tidak menuruti hawa nafsu kita yang ingin merusak hati. Simpanlah segala bentuk ungkapan cinta dan derap hati rapat-rapat, Allah akan menjawabnya dengan lebih indah disaat waktu yang tepat.

Mencintai, dicintai fitrah manusia
Setiap insan di dunia akan merasakannya
Indah, ceria, kadang merana
Itulah rasa cinta
Berlindunglah pada Allah dari cinta palsu
Melalaikan manusia hingga berpaling dari-Nya
Menipu daya dan melenakan
Sadarilah wahai kawan
Cinta adalah karunia-Nya
Bila dijaga dengan sempurna
Resah menimpa gundah menjelma
Jika cinta tak dipelihara

*Cinta pada Allah (The Fikr: Cinta)

Karena itu mari kita semua sama-sama untuk mengisi hari-hari kita dengan penjagaan, kepekaan, dan rasa malu bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah Swt. Dan jika ini terasa berat dan menyiksa, langit dan bumi terasa sempit, dada kita sesak, kita merasa semakin jauh dari Allah, mari saudaraku... bermuhasabah. Mungkin ada nikmat Allah yang kita kufuri, mungkin ada karunia yang kita dustakan, atau mungkin ada ayat-ayat-Nya yang kita permainkan. Astaghfirullahal’adhiim...

Saat kita sendiri maupun bersama
Saat sunyi maupun riuh
Saat tersembunyi maupun teramati manusia
Di pojok kamar yang sempit maupun di lapangan luas
Semua tercatat dan terekam
Lalu bertanyalah kita:
Rekaman itu dipenuhi maksiat atau ta’at?

*(Salim A Fillah: Saksikan bahwa Aku Seorang Muslim)

Saudaraku memang benar kita tidak boleh berhenti belajar dan terus memperbaiki diri. Karena Allah selalu senantiasa mengawasi kita dari sudut manapun kita berada. Ada pesan SMS yang membuat saya termotivasi dari seorang murobiah: "Beruntunglah orang-orang yang terus memperbarui semangatnya dalam pergantian waktu, menjaga niat tetap dalam kebaikan dan menemukan ALLAH dalam setiap gerak langkahnya. Sungguh hanya cinta-Nya yang membuat kita tetap tegak dikala yang lain terkapar, tetap teguh dikala yang lain rapuh, tetap ISTIQOMAH dikala yang lain lemah. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mengingat-Nya dalam berbagai keadaan. Amin Ya Robbal’alamin. "

Saudaraku tetap semangat...

Penulis: Alzena Valdis Rahayu
http://www.eramuslim.com/akhwat/muslimah/kutemukan-cinta-di-antara-cinta-nya.htm

Surat Terbuka Dari Iblis

Hai manusia yang tersayang, tadi malam waktu akan tidur, aku lihat engkau tidak memuji Allah, tidak bersholawat, tidak membaca Ayat Kursi dan Al Ikhlas. Ini bagus sekali karena waktu akan tidur adalah waktu untuk tidur, bukan untuk membaca Al- Qur’an. Sungguh engkau tidak membuang- buang waktu.

Pagi ini aku lihat engkau tidak bangun mengerjakan sholat subuh. Bagus sekali! Engkau telah membuktikan bahwa engkau adalah sahabatku yang budiman. Janganlah engkau susah-susah bangun dan memendekkan tidurmu. Tidurlah dengan nyenyak dan nyaman. Jangan hiraukan suara ayam berkokok yang membangunkanmu dari tidurmu. Bila subuh datang menjelang, udara masih dingin, tariklah selimutmu dan tidurlah sayangku seperti puteri kayangan.

Aku lihat engkau jarang-jarang mengambil wudhu’. Ini bagus sekali karena engkau tidak memubadzirkan air dan tidak meninggikan tagihan air PAM rumahmu. Aku lihat engkau tak pernah membaca Bismillah sewaktu akan makan. Ini yang kusuka, kerena aku bisa ikut makan denganmu. Dan bila sudah kenyang, engkau tak pernah menyebut Alhamdulillah. Ini bagus juga. Cukuplah bersendawa kuat-kuat seperti lembu.

Hai manusia yang kucintai, Kemarin ada seorang peminta sedekah datang ke rumahmu. Engkau menghalau dia suruh pergi tanpa engkau memberikan duit serupiah ataupun seteguk air. Ini sangat

bagus dan terpuji, karena engkau tidak membuang-buang duit dan tak memubadzirkan rejekimu yang melimpah- ruah yang diberi Allah kepadamu. Engkau seorang yang hemat dan cermat. Biarlah rejekimu untuk kegunaan engkau seorang, untuk menonton film, berholiday di Eropa dan membeli kemewahan-kemewahan dunia.

Aku lihat bila engkau bertemu dengan sahabatmu, engkau tidak mengucapkan Assalamualaikum. Engkau mengucapkan “Hi Everybody!” Ini bagus juga karena engkau menunjukkan bahwa engkau mengerti gaya orang kafir dan engkau mengerti bahasa Inggris. Tak perlu engkau belajar membaca bahasa Arab karena ini bukan bahasa internasional. Engkau telah membuktikan bahwa engkau dan aku adalah sahabat sejati. Sudah tentu engkau adalah seorang yang budiman kepada kaumku.

Duhai manusia, Di sepanjang Ramadhan, telah lemah seluruh urat sendiku, telah terbakar seluruh jasadku, merintih ku kesakitan, bila setiap kali kulihat hamba- hambaNya yang penat berpuasa di malam hari dan menghabiskan waktu malam dengan bertarawih, berzikir dan merintih mengenang dosa-dosanya yang lampau, karena pintu taubat telah dibuka oleh Allah dengan seluas-luasnya…

Namun, aku tetap gembira karena ada di antara kalian yang masih sudi menjadi temanku.. melepaskan peluang rahmat Allah dengan mengucap perkataan yang sia-sia, mengumpat, tidak bertarawih, malah mencipta persengketaan… aduhai tubuh badanku yang terbelenggu telah segar kembali… cukuplah nafsu manusia sendiri menjadi penyambung tugasku di sepanjang bulan yang dirahmati ini… Di akhirat nanti, engkau dan aku dapat berjalan bersama-sama…. kita berpegang-tangan menuju Neraka Jahannam. Sahabatmu Yang Tercinta, Iblis Laknatullah

POSTED IN: MUTIARA HATI
http://radionuris.co.tv/2011/06/surat-terbuka-dari-iblis/

Minggu, 26 Juni 2011

DENGAR SUARA HATIKU(AKHWAT)

Bismillahirrahmanirrahim ..


"Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki."


Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ.


Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.

Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.


Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan.


Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?


Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah.


Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?


Tidak kunafikan sebagai seorang manusia, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu.


Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain.


Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.


Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.


Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku.

Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.


Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.





Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu.


Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.


Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.


Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan ada perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu.


Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.


Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridho Illahi.

Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.

Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.


Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.


Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.


Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.


Yang dicari walau bukan putra raja, biarlah putra Agama.

Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata.

Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati.

Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini srikandi dengan silam yang kelam.

Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia.

Dan yg akan terjadi, andai tak sama dgn kehendak hati, insyaAllah ku ridho ketetapan Illahi..


Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian.. semoga ridho Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini.


***


Dari note Saputro Nawamreh

Iblis Datang dari Muka, Belakang, Kanan, dan Kiri Kita

Oleh: Hendratno

dakwatuna.com – Di dalam Al Qur’an, akan kita dapati sebuah rekaman dialog antara Allah SWT dengan iblis yang dihukum oleh Allah. Dalam dialog tersebut, iblis menyatakan untuk selalu menyesatkan manusia. Hal tersebut terekam dalam surat Al A’raf ayat 16-17 berikut ini:
“Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan men-dapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).’” (QS. Al A’raf : 16-17)
Dari ayat Al Quran di atas dijelaskan bahwa Iblis akan selalu menghalang-halangi kita dari jalan yang lurus. Caranya, dia akan mendatangi kita dari muka, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri kita. Lalu apa maksud dari keempat penjuru itu?
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf ayat 17 di atas adalah:
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka”: Iblis akan membuat manusia ragu akan permasalahan akhirat (Min baini Aidihim),
“dan dari belakang mereka”: membuat mereka cinta kepada dunia (Wa Min Kholfihim),
“dari kanan”: urusan-urusan agama akan dibuat tidak jelas (Wa ‘An Aimaanihim)
“dan dari kiri mereka”: dan manusia akan dibuat tertarik dan senang terhadap kemaksiatan (Wa ‘An Syama’ilihim).
Lalu timbul pertanyaan di benak kita, mengapa iblis tidak mendatangi kita dari atas dan dari bawah kita? Hal tersebut dijelaskan dalam sebuah tafsir Al Qur’an berikut ini:
Al-Fakhrur-Razy dalam tafsirnya berkata: “Diriwayatkan bahwa ketika Iblis mengatakan ucapannya tersebut, maka hati para malaikat menjadi kasihan terhadap manusia mereka berkata: “Wahai Tuhan kami, bagaimana mungkin manusia bisa melepaskan diri dari gangguan syaitan?” Maka Allah berfirman kepada mereka bahwa bagi manusia masih tersisa dua jalan: atas dan bawah, jika manusia mengangkat kedua tangannnya dalam do’a dengan penuh kerendah-hatian atau bersujud dengan dahinya di atas tanah dengan penuh kekhusyu’an, Aku akan mengampuni dosa-dosa mereka” (At-Tafsir Al-Kabir V/215)
Dalam tafsir yang lain juga dikatakan bahwa Iblis tidak mendatangi kita dari atas, karena rahmat turun kepada manusia dari atas (Tafsir Ibnu katsir III/394-395).
Oleh karena itu iman adalah senjata kita. Berdoalah, mari kita berlindung kepada Allah atas segala godaan syaithan yang terkutuk. []

http://www.dakwatuna.com/2011/06/12726/iblis-datang-dari-muka-belakang-kanan-dan-kiri-kita-2/
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...