ILMU
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka ia akan dikarunia pemahaman tentang agama.”[1]
Kisah
Dalam suatu riwayat disebutkan penduduk Bashrah bersilang pendapat satu sama lain. Sebagian menyatakan, ilmu lebih utama dari pada harta. Sebagian lainnya menegaskan, harta lebih utama daripada ilmu. Lalu, mereka mengutus seseorang kepada ibn ‘Abbas untuk mengkonfirmasi masalah ini. Ilmu lebih utama dari harta, demikian jawaban ibn ‘Abbas. Utusan itu bertanya, “Jika mereka menanyakan kepada tentang dalilnya, apa yang harus saya katakana?” Ibn ‘Abbas menjawab, “ Katakan kepada mereka bahwa ilmu adalah peninggalan para nabi, sedangkan harta adalah peninggalan para raja Firaun. Alasan lainnya, karena ilmu dapat menjagamu, sementara harta harus selalu kamu jaga. Allah hanya memberi ilmu kepada orang yang dicintai-Nya, sementara harta diberikan kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai, bahkan orang yang tidak dicintai sering kali diberikan banyak harta. Tidaklah kamu memperhatikan firman Allah Swt., ’Dan, sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng (perak) bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya’.[2] Disamping itu ilmu tidak akan berkurang jika disebarkan, sementara harta bisa habis bila dibagi-bagikan. Orang yang mempunyai harta akan ditanya tentang setiap dirham yang dimilikinya. Darimanakah harta itu didapatkan? Dan, diinfakkan kemana harta itu? Sementara, orang yang memiliki ilmu akan dinaikkan derajatnya di surga dengan setiap dakwah yang dilakukannya.”
Dalam bait syair disebutkan:
Belajarlah, karena ilmu itu hiasan bagi pemiliknya
Ilmu adalah keutamaan dan tanda orang yang terpuji
Hendaklah kamu menjadi orang yang menggali ilmu setiap hari
Dan selamilah lautan faedah
Perdalamlah ilmu fikih, karerena fikih adalah sebak-baiknya penuntun
Menuju kebaikan dan ketakwaan, serta hilang rasa malas
Ilmu fikih adalah ilmu yang menunjukkan pada sunnah-sunnah petunjuk
Ilmu itu benteng yang dapat menyelamatkan dari segala musibah
Satu orang ahli fikih yang warak
Adalah lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah.
Wahb ibn Munabbih, ”Nabi Dawud a.s. menekuni ibadah dan meninggalkan manusia. Kemudian, Allah Swt. Mewahyukan kepadanya, ’Hai Dawud, keluarlah kepada manusia dan ajarkanlah ilmu kepada mereka karena ilmu lebih utama dari dunia dan seisinya.”
Allah Swt. Memberikan ilmu kepada Muhammad saw., dan Allah juga memerintahkan beliau mencari ilmu tambahan. Allah Swt. Berfirman, ”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”[3] kemudian Allah Swt. menganugerahkan ilmu tersebut kepada Nabi Muhammad saw. Allah Swt. Berfirman, ”Dan Allah telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.”[4] Seandainya ilmu bukan yang merupakan hal yang paling utama, maka Allah tidak akan memberikan ilmu kepada Nabi Muhammad saw. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, ”Allah menganugrahkan hikmah (pemahaman yang dalam tentang Alquran dan sunah) kepada siapa yang ia kehendaki. Dan, siapa yang dianugrahkan hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi dikarunnia yang banyak. Dan, hanya orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”[5]
Kerena itu, orang yang berakal sudah sepantasnya mencari ilmu. Meskipun terasa berat tantangannya untuk meraih ilmu, demi kemuliaan dunia dan akhirat, seberat apapun tantangannya harus mampu ia lewati. Dalam syair disebutkan:
Saya berharap menjadi ahli agama yang pandai berdebat
Tanpa belajar dengan susah payah, dan mampu menguasai berbagai disiplin ilmu
Jika mencari harta tanpa kesusahan adalah mustahil
Maka, bagaimana mungkin ilmu diraih tanpa susah payah
Abu al-Aswad al-Dayli[6] berkata, ”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dari pada ilmu. Para raja adalah hakim terhadap manusia, sementara para ulama adalah hakim terhadap para raja.”
Al-Hasan al-Basri berkata, “Sesungguhnya ilmu dan adab dapat menambahkan kemuliaan orang yang mulia dan dapat mengangkat derajat budak sejajar dengan para raja.”
Ibn al-Mubarak pernah ditanya, “Jika Allah mewahyukan kepadamu bahwa kamu adalah orang yang akan mengalami kesusahan hidup, maka apa yang akan kamu lakukan?” Ia menjawab, “Saya akan mencari ilmu. Wahai saudaraku, orang yang ingin hidup mulia didunia dan akhirat, maka hendaklah ia tidak malas mencari ilmu. Orang yang malas mencari ilmu tidak akan pernah meraih keinginannya.” Dalam syair disebutkan:
Senandainya ilmu dapat diraih dengan angan-angan semata
Maka, tidak akan ada orang bodoh di bumi ini
Bersungguh-sungguhlah dalam mencari ilmu, jangan malas dan jangan menjadi orang bodoh
Penyesalan yang dalam hanya akan dialam oleh orang yang malas mencari ilmu
Ahli hikmah menyatakan bahwa ilmu itu terdiri dari tiga huruf: ’Ain, Lam, dan Mim. Derivasi huruf ’Ain berasal dari kata ’Illiyin (tempat yang mulia); huruf Lam dari al-Luthf (kasih sayang); dan huruf Mim dari al-Mulk (kerajaan). Huruf ’Ain akan menarik pemiliknya ketempat mulia; huruf Lam akan menjadikan pemiliknya mendapat kasih sayang didunia dan akhirat; dan huruf Mim akan membuat pemiliknya menjadi penguasa. Alllah Swt. akan memberikan kepada orang alim kemulian yang menjadi berkah dari huruf ’Ain ; memberikan kasih sayang sebagai berkah dari huruf Lam; dan memberikan mahabbah sebagai berkah huruf Mim. Dalam syair disebutkan:
Hidupnya hati itu dengan ilmu, kerena itu perhatikanlah ilmu
Matinya hati itu dengan kebodohan, karena itu jauhhilah kebodohan
Sebaik-baiknya bekal adalah takwa, karena itu perbanyaklah bekal takwa
Hanya ini nasihatku kepadamu, camkanlah nasihat itu
Al-Faqih berkata, ”Orang yang berteman dengan orang alim, namun ia tidak dapat menghapal ilmu, maka ia mendapat tujuh kemuliaan. Pertama, ia mendapatkan keutamaan orang-orang yang belajar. Kedua, selama ia bergaul dengan orang alim, maka ia akan terhindar dari kezaliman dan kerusakan. Ketiga, jika ia keluar dari suatu tempat, maka ia akan diliputi oleh rahmat Allah. Keempat, jika ia duduk disamping oranga-orang alim, maka rahmat akan turun kepada mereka dan ia akan mendapat berkah dari orang-orang alim. Kelima, selagi ia tetap mendengarkan ilmu, maka akan dicatatkan kebaikan-kebaikan untuknya. Keenam, para malaikat akan menaungi orang-orang alim dengan sayap-sayapnya, karena ia ridha kepada mereka, sementara ia berada bersama orang-orang alim. Ketujuh, setiap kali ia mengangkat dan meletakkan kaki, maka derap langkahnya akan menjadi penebus dosa-dosa dan pengangkat derajat”
Jika orang yang berilmu merasa mulia dengan ilmunya
Maka, ilmu fikih adalah ilmu yang paling utama
Betapa banyak aroma wangi yang merabak, namun tidak seharum misik
Betapa banyak burung yang terbang, namu tidak seperti burung elang.
Sebuah riwayat mengungkapkan bahwa majelis ilmu dapat memperkuat agama dan menghiasi badan. Sementara, majelis orang-orang bodoh dapat melukai badan dan meruntuhkan agama.
Para ulama adalah cahaya disepanjang zaman. Setiap orang alim dapat menjadi pelita zamannya. Karena itu, hendaklah orang yang hidup sezaman dengan orang alim dapat mengambil cahaya dari pelita itu.
Dalam sebuah syair disebutkan:
Ada tiga sumber cahaya di langit yang dapat memberi penerangan
Dan dalam lubuk hati yang paling dalam, ada juga sumber cahaya
Sumber cahaya pertama adalah bulan, kedua bintang-bintang
Dan ketiga, matahari yang senantiasa bercahaya
Ilmuku adalah bintang-bintang yang gemerlapan dalam hatiku, akal adalah rembulannya
Dan mengenal Allah adalah bagaikan matahari yang selalu bersinar
’Ali ibn Abu Thalib r.a. berkata, ”Orang alim lebih utama daripada orang yang berpuasa dan berperang dijalan Allah. Orang alim itu seperti pohon kurma yang buahnya selalu dinantikan. Kapan buah kurma itu akan jatuh.
Hai anak muda, pahamilah bahwa dalam pohon itu ada ranting
Tanahmu liat sehingga mudah dibentuk
Cukuplah kemulian dan keagungan bagimu, hai anak muda
Sementara kamu berbicara, para hadirin mendengarkannya dengan tenang
Al-Faqih berkata, ”Janganlah kamu meninggalkan majelis para ulama, karena Allah Swt. tidak menciptakan tempat di muka bumi yang lebih mulia dari pada majelis-majelis para ulama.” Dikatakan, ”Orang yang memiliki ilmu sedikit lalu mengamalkannya, maka ilmu itu bertambah banyak. Sementara, orang bodoh yang banyak beramal maka ilmunya tidak akan bertambah.”
Jika orang yang berilmu mengamalkan ilmunya
Maka, setiap kesusahan akan mudah dihadapannya
Sementara jika seseorang banyak beramal
Namun masih tetap bodoh, maka segala hal menjadi susah baginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar