Cari Blog Ini

Selasa, 03 November 2009

ILMU

ILMU

Rasulullah saw. bersabda, “Siapa dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka ia akan dikarunia pemahaman tentang agama.”[1]

Kisah

Dalam suatu riwayat disebutkan penduduk Bashrah bersilang pendapat satu sama lain. Sebagian menyatakan, ilmu lebih utama dari pada harta. Sebagian lainnya menegaskan, harta lebih utama daripada ilmu. Lalu, mereka mengutus seseorang kepada ibn ‘Abbas untuk mengkonfirmasi masalah ini. Ilmu lebih utama dari harta, demikian jawaban ibn ‘Abbas. Utusan itu bertanya, “Jika mereka menanyakan kepada tentang dalilnya, apa yang harus saya katakana?” Ibn ‘Abbas menjawab, “ Katakan kepada mereka bahwa ilmu adalah peninggalan para nabi, sedangkan harta adalah peninggalan para raja Firaun. Alasan lainnya, karena ilmu dapat menjagamu, sementara harta harus selalu kamu jaga. Allah hanya memberi ilmu kepada orang yang dicintai-Nya, sementara harta diberikan kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai, bahkan orang yang tidak dicintai sering kali diberikan banyak harta. Tidaklah kamu memperhatikan firman Allah Swt., ’Dan, sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah loteng-loteng (perak) bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka menaikinya’.[2] Disamping itu ilmu tidak akan berkurang jika disebarkan, sementara harta bisa habis bila dibagi-bagikan. Orang yang mempunyai harta akan ditanya tentang setiap dirham yang dimilikinya. Darimanakah harta itu didapatkan? Dan, diinfakkan kemana harta itu? Sementara, orang yang memiliki ilmu akan dinaikkan derajatnya di surga dengan setiap dakwah yang dilakukannya.”

Dalam bait syair disebutkan:

Belajarlah, karena ilmu itu hiasan bagi pemiliknya

Ilmu adalah keutamaan dan tanda orang yang terpuji

Hendaklah kamu menjadi orang yang menggali ilmu setiap hari

Dan selamilah lautan faedah

Perdalamlah ilmu fikih, karerena fikih adalah sebak-baiknya penuntun

Menuju kebaikan dan ketakwaan, serta hilang rasa malas

Ilmu fikih adalah ilmu yang menunjukkan pada sunnah-sunnah petunjuk

Ilmu itu benteng yang dapat menyelamatkan dari segala musibah

Satu orang ahli fikih yang warak

Adalah lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah.

Wahb ibn Munabbih, ”Nabi Dawud a.s. menekuni ibadah dan meninggalkan manusia. Kemudian, Allah Swt. Mewahyukan kepadanya, ’Hai Dawud, keluarlah kepada manusia dan ajarkanlah ilmu kepada mereka karena ilmu lebih utama dari dunia dan seisinya.”

Allah Swt. Memberikan ilmu kepada Muhammad saw., dan Allah juga memerintahkan beliau mencari ilmu tambahan. Allah Swt. Berfirman, ”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”[3] kemudian Allah Swt. menganugerahkan ilmu tersebut kepada Nabi Muhammad saw. Allah Swt. Berfirman, ”Dan Allah telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui.”[4] Seandainya ilmu bukan yang merupakan hal yang paling utama, maka Allah tidak akan memberikan ilmu kepada Nabi Muhammad saw. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya, ”Allah menganugrahkan hikmah (pemahaman yang dalam tentang Alquran dan sunah) kepada siapa yang ia kehendaki. Dan, siapa yang dianugrahkan hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi dikarunnia yang banyak. Dan, hanya orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”[5]

Kerena itu, orang yang berakal sudah sepantasnya mencari ilmu. Meskipun terasa berat tantangannya untuk meraih ilmu, demi kemuliaan dunia dan akhirat, seberat apapun tantangannya harus mampu ia lewati. Dalam syair disebutkan:

Saya berharap menjadi ahli agama yang pandai berdebat

Tanpa belajar dengan susah payah, dan mampu menguasai berbagai disiplin ilmu

Jika mencari harta tanpa kesusahan adalah mustahil

Maka, bagaimana mungkin ilmu diraih tanpa susah payah

Abu al-Aswad al-Dayli[6] berkata, ”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia dari pada ilmu. Para raja adalah hakim terhadap manusia, sementara para ulama adalah hakim terhadap para raja.”

Al-Hasan al-Basri berkata, “Sesungguhnya ilmu dan adab dapat menambahkan kemuliaan orang yang mulia dan dapat mengangkat derajat budak sejajar dengan para raja.”

Ibn al-Mubarak pernah ditanya, “Jika Allah mewahyukan kepadamu bahwa kamu adalah orang yang akan mengalami kesusahan hidup, maka apa yang akan kamu lakukan?” Ia menjawab, “Saya akan mencari ilmu. Wahai saudaraku, orang yang ingin hidup mulia didunia dan akhirat, maka hendaklah ia tidak malas mencari ilmu. Orang yang malas mencari ilmu tidak akan pernah meraih keinginannya.” Dalam syair disebutkan:

Senandainya ilmu dapat diraih dengan angan-angan semata

Maka, tidak akan ada orang bodoh di bumi ini

Bersungguh-sungguhlah dalam mencari ilmu, jangan malas dan jangan menjadi orang bodoh

Penyesalan yang dalam hanya akan dialam oleh orang yang malas mencari ilmu

Ahli hikmah menyatakan bahwa ilmu itu terdiri dari tiga huruf: ’Ain, Lam, dan Mim. Derivasi huruf ’Ain berasal dari kata ’Illiyin (tempat yang mulia); huruf Lam dari al-Luthf (kasih sayang); dan huruf Mim dari al-Mulk (kerajaan). Huruf ’Ain akan menarik pemiliknya ketempat mulia; huruf Lam akan menjadikan pemiliknya mendapat kasih sayang didunia dan akhirat; dan huruf Mim akan membuat pemiliknya menjadi penguasa. Alllah Swt. akan memberikan kepada orang alim kemulian yang menjadi berkah dari huruf ’Ain ; memberikan kasih sayang sebagai berkah dari huruf Lam; dan memberikan mahabbah sebagai berkah huruf Mim. Dalam syair disebutkan:

Hidupnya hati itu dengan ilmu, kerena itu perhatikanlah ilmu

Matinya hati itu dengan kebodohan, karena itu jauhhilah kebodohan

Sebaik-baiknya bekal adalah takwa, karena itu perbanyaklah bekal takwa

Hanya ini nasihatku kepadamu, camkanlah nasihat itu

Al-Faqih berkata, ”Orang yang berteman dengan orang alim, namun ia tidak dapat menghapal ilmu, maka ia mendapat tujuh kemuliaan. Pertama, ia mendapatkan keutamaan orang-orang yang belajar. Kedua, selama ia bergaul dengan orang alim, maka ia akan terhindar dari kezaliman dan kerusakan. Ketiga, jika ia keluar dari suatu tempat, maka ia akan diliputi oleh rahmat Allah. Keempat, jika ia duduk disamping oranga-orang alim, maka rahmat akan turun kepada mereka dan ia akan mendapat berkah dari orang-orang alim. Kelima, selagi ia tetap mendengarkan ilmu, maka akan dicatatkan kebaikan-kebaikan untuknya. Keenam, para malaikat akan menaungi orang-orang alim dengan sayap-sayapnya, karena ia ridha kepada mereka, sementara ia berada bersama orang-orang alim. Ketujuh, setiap kali ia mengangkat dan meletakkan kaki, maka derap langkahnya akan menjadi penebus dosa-dosa dan pengangkat derajat”

Jika orang yang berilmu merasa mulia dengan ilmunya

Maka, ilmu fikih adalah ilmu yang paling utama

Betapa banyak aroma wangi yang merabak, namun tidak seharum misik

Betapa banyak burung yang terbang, namu tidak seperti burung elang.

Sebuah riwayat mengungkapkan bahwa majelis ilmu dapat memperkuat agama dan menghiasi badan. Sementara, majelis orang-orang bodoh dapat melukai badan dan meruntuhkan agama.

Para ulama adalah cahaya disepanjang zaman. Setiap orang alim dapat menjadi pelita zamannya. Karena itu, hendaklah orang yang hidup sezaman dengan orang alim dapat mengambil cahaya dari pelita itu.

Dalam sebuah syair disebutkan:

Ada tiga sumber cahaya di langit yang dapat memberi penerangan

Dan dalam lubuk hati yang paling dalam, ada juga sumber cahaya

Sumber cahaya pertama adalah bulan, kedua bintang-bintang

Dan ketiga, matahari yang senantiasa bercahaya

Ilmuku adalah bintang-bintang yang gemerlapan dalam hatiku, akal adalah rembulannya

Dan mengenal Allah adalah bagaikan matahari yang selalu bersinar

’Ali ibn Abu Thalib r.a. berkata, ”Orang alim lebih utama daripada orang yang berpuasa dan berperang dijalan Allah. Orang alim itu seperti pohon kurma yang buahnya selalu dinantikan. Kapan buah kurma itu akan jatuh.

Hai anak muda, pahamilah bahwa dalam pohon itu ada ranting

Tanahmu liat sehingga mudah dibentuk

Cukuplah kemulian dan keagungan bagimu, hai anak muda

Sementara kamu berbicara, para hadirin mendengarkannya dengan tenang

Al-Faqih berkata, ”Janganlah kamu meninggalkan majelis para ulama, karena Allah Swt. tidak menciptakan tempat di muka bumi yang lebih mulia dari pada majelis-majelis para ulama.” Dikatakan, ”Orang yang memiliki ilmu sedikit lalu mengamalkannya, maka ilmu itu bertambah banyak. Sementara, orang bodoh yang banyak beramal maka ilmunya tidak akan bertambah.”

Jika orang yang berilmu mengamalkan ilmunya

Maka, setiap kesusahan akan mudah dihadapannya

Sementara jika seseorang banyak beramal

Namun masih tetap bodoh, maka segala hal menjadi susah baginya.



[1] Al-Bukhori, Shahih al-Bukhori, 1/27 Fath al-Bari; Muslim, Shahih Muslim, kitab al-Zakah, no 98.

[2] Al-Zukhruf [43]: 33.

[3] Thaha [20]: 114.

[4] An-Nisa [4]: 113.

[5] Al-Baqarah [2]: 269.

[6] Sebenarnya dia adalah Abu al-Aswad al-duali, seorang ahli nahwu dan pakar bahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...